SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Menteri BUMN Rini Soemarmo (kanan) dalam kereta api bawah tanah (subway) Beijing, Tiongkok, Kamis (26/3/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Rini Utami)

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung batal. Padahal, Jepang dan Tiongkok sama-sama telah menghabiskan dana besar.

Solopos.com, JAKARTA — Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yasuaki Tanizaki, mengaku kecewa dengan keputusan pemerintah Indonesia membatalkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Pasalnya dana yang dikucurkan Jepang untuk membiayai riset tersebut cukup besar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di sisi lain, megaproyek tersebut dinilainya juga sangat menarik bagi sejumlah pemodal di negaranya. Akan tetapi, pihaknya tetap menghormati keputusan tersebut. Pemerintah dan masyarakat Indonesia dinilai berhak untuk memutuskan fasilitas umum seperti apa yang dibutuhkan.

“Ini bukan keputusan yang mudah, tapi kami harus hormati apa yang Indonesia butuhkan,” kata Yasuaki Tanizaki seusai menerima undangan Menko bidang Perekonomian Darmin Nasution, Jumat (4/9/2015).

Yasuaki Tanizaki mengungkapkan telah menerima penjelasan Pemerintah Indonesia secara resmi terkait pengembalian proposal proyek kereta cepat. Tanizaki pun mengaku kembali mendapatkan penawaran beberapa ide terbaru dari Indonesia. Ide tersebut di antaranya adalah penawaran kereta dengan kecepatan sedang, dengan rute yang sama.

“Kami baru pertama kali mendengar tawaran ide dari Indonesia ini, tetapi kami belum bisa memtuskan apakah ide tersebut kami terima. Yang jelas kami harus melaporkan dahulu ke Tokyo,” ujarnya.

Sementara itu, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan pihaknya telah diinstruksikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk membuat tim khusus untuk membuat kerangka acuan proyek terbaru. Proyek itu berupa kereta berkecepatan sedang Jakarta-Bandung.

“Tim ini nanti akan bentuk susunan acuan kebutuhan dan rancangan kereta yang kita mau. Nanti acuan ini kita tawarkan ke negara investor yang tertarik, supaya sesuai dengan kebutuhan kita,” katanya, Jumat (4/9/2015).

Kerangka acuan tersebut disebutnya meliputi rute lintasan, kesinambungan dengan moda tranportasi lain dan juga kesesuaian dengan kebutuhan properti di sekitar rute kereta. Di sisi lain, kerangka acuan tersebut juga akan memuat spesifikasi dan juga kebutuhan teknis kereta tersebut.

Terkait penentuan negara yang akan bidding proyek tersebut, Darmin tidak hanya akan menggandeng Jepang dan Tiongkok saja, tetapi juga sejumlah negara lain. Pasalnya proyek ini disebutnya juga menarik minat negara lain seperti Perancis dan juga Inggris.

“Konsepnya nanti akan ada dua negara sebagai bidder unggulan, sementara yang lain akan masuk list sebagai calon investor. Kalau dua bidder unggulan ini gugur, kita akan beralih ke negara di list selanjutnya,” katanya.

Seperti diketahui, pengembalian proposal kereta cepat tersebut dikarenakan rute Jakarta-Bandung yang relatif pendek, yakni sekitar 150 kilometer, sehingga efektifitasnya kurang memadai. Apabila dibandingkan dengan kemampuan velositas kereta cepat yang mencapai 300 km/jam dan jumlah stasiun yang direncanakan mencapai delapan buah, kereta hanya akan menempuh kecepatan maksimal 200 km/jam.

Di sisi lain dari segi pembiayaan, proposal dari Jepang dan Tiongkok masih membebani APBN, baik melalui penyertaan modal maupun penjaminan. Sebelumnya dalam proposal yang ditawarkan Tiongkok, proyek ini direncanakan menghabiskan dana US$5,5 miliar, sementara Jepang dianggarkan menelan dana Rp60 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya