SOLOPOS.COM - DIKERINGKAN-Embung Kriwen di Kelurahan Kriwen, Kecamatan Sukoharjo dikeringkan dalam proyek pembangunan embung setempat. Foto diambil Senin (25/6/2012). (Espos/Triyono)

DIKERINGKAN-Embung Kriwen di Kelurahan Kriwen, Kecamatan Sukoharjo dikeringkan dalam proyek pembangunan embung setempat. Foto diambil Senin (25/6/2012). (Espos/Triyono)

DIKERINGKAN-Embung Kriwen di Kelurahan Kriwen, Kecamatan Sukoharjo dikeringkan dalam proyek pembangunan embung setempat. Foto diambil Senin (25/6/2012). (Espos/Triyono)

SUKOHARJO–Induk Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Colo Timur menyoroti proyek embung di Kelurahan Kriwen, Kecamatan Sukoharjo karena dinilai merugikan petani. Embung dikeringkan di tengah-tengah petani kesulitan mendapat air irigasi akibat kemarau.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ketua Induk P3A Colo Timur, Sarjanto, menyebutkan pembangunan embung seharusnya menunggu masa panen karena air embung dibutuhkan untuk irigasi. Terlebih lagi, areal sawah di Kriwen berada di bagian hilir saluran dan petani sering tidak kebagian air.

“Melihat timing-nya saya kira tidak tepat. Sekarang musim kemarau dan air embung sangat dibutuhkan, namun kenapa penampungan air justru dikeringkan dan airnya dibuang,” ungkap Sarjanto saat dijumpai Solopos.com di sela-sela sebuah kegiatan di Sukoharjo, Senin (25/6/2012).

Sekretaris P3A Kriwen, Sutarto, menjelaskan Embung Kriwen dimanfaatkan untuk irigasi sekitar 15 hektare sawah di sekitarnya. Dia mengatakan pengeringan embung di tengah masa tanam memaksa petani mencari sumber irigasi lain untuk menyelamatkan tanaman.

“Soal proyek secara persis saya sendiri tidak tahu. Tapi saat sosialisasi, Embung Kriwen sudah dalam keadaan dikeringkan. Jadi tanpa sepengetahuan petani dan P3A,” ujar dia.

Sarjanto menambahkan, pembangunan Embung Kriwen seharusnya memperhatikan aspirasi petani. Hal itu agar proyek tidak memicu persoalan dan menimbulkan kerugian di kalangan petani. Terlebih selama ini petani juga sering dipusingkan adanya persoalan hama.

Ditemui terpisah, perwakilan CV Legenda Sukoharjo selaku pelaksana proyek, Dandung, mengaku tidak tahu perihal keluhan petani di sekitar Embung Kriwen. Dia menyatakan hanya bekerja berdasarkan surat perintah kerja (SPK) yang diterbitkan instansi terkait.

“Proyek baru satu pekan dan sedang tahap penggalian. Tapi soal keluhan pengeringan embung, saya malah tidak tahu. Silakan ditanyakan langsung ke BBWSBS (Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo) untuk lebih jelasnya,” ujarnya ditemui di sekitar embung.

Petugas BBWSBS di lokasi proyek, Sugiyarto, juga tidak bersedia menjawab ketika dimintai penjelasan mengenai tahapan pembangunan Embung Kriwen. “Langsung ke kantor saja. Nanti malah salah jika saya yang memberikan jawaban,” kilahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya