SOLOPOS.COM - Sejumlah tersangka pekerja seks komersial (PSK) dan penjual miras saat digelandang petugas di Mapolsek Banjarsari Solo, Minggu (29/7/2012). 8 tersangka PSK dan 2 penjual miras ditangkap petugas dengan barang bukti 50 botol sedang miras jenis ciu saat digelar razia penyakit masyarakat (Pekat) oleh petugas.

Sejumlah tersangka pekerja seks komersial (PSK) dan penjual miras saat digelandang petugas di Mapolsek Banjarsari Solo, Minggu (29/7/2012). 8 tersangka PSK dan 2 penjual miras ditangkap petugas dengan barang bukti 50 botol sedang miras jenis ciu saat digelar razia penyakit masyarakat (Pekat) oleh petugas.

Bagi sejumlah perempuan, menjadi pekerja seks komersial (PSK) kadang dianggap jadi jalan pintas mencari nafkah. Impitan kebutuhan ekonomi juga sering menjadi alasan terkuat mengapa ada perempuan yang nekat menjajakan diri.

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

Hal itulah yang dialami seorang perempuan belia, sebut saja bernama Ami, 20. Saat usianya masih remaja, 15 tahun, Ami bingung lantaran tak mempunyai keterampilan khusus. Sementara, suami yang semestinya menjadi tulang punggung keluarga tak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Sejak lima tahun lalu saya terjun menjadi PSK. Pusing, nyari kerja serba susah. Hla kami juga butuh makan,” ujar Ratmi kepada Solopos.com saat diperiksa di Mapolsek Banjarsari, Minggu (29/7/2012).

Bukan kali pertama ini Ami berurusan dengan aparat penegak hukum. Dia mengerti betul akan resiko yang bakal diterima saat polisi merazia para PSK. “Bapak pernah menasihati saya agar mencari pekerjaan lain, tapi saya bingung mau nyari kerja apa,” papar Ami polos. Nasihat keluarga pun diabaikannya. Lantaran pusing dikejar-kejar kebutuhan sehari-hari, perempuan bertubuh tambun ini kembali terjun di dunia prostitusi yang memberinya uang dengan cepat.

Tetapi, Ami tak berani berkata jujur pada keluarga atas pekerjaannya sekarang. Dia mengaku bekerja sebagai pelayan di sebuah rumah makan di Kota Solo. “Kalau ketahuan sebenarnya, bisa-bisa saya digantung,” paparnya seraya tersenyum.

Lain halnya dengan Eni. Perempuan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) ini malah terbujuk oleh teman untuk menjadi pelayan pria hidung belang. “Ya mau gimana lagi Mas, yang penting tidak nganggur di rumah,” tutur Eni membuka perbincangan. Sebenarnya Eni mempunyai bekal ilmu ketrampilan dari bangku sekolah. Namun dia tak mau menyebut bakat yang dimiliki saat ini. “Pokoknya ada, saya malu mengatakan. Keluarga tidak ada yang tahu atas profesi saya saat ini,” ujarnya.

Kanit Reskrim Polsek Banjarasari, AKP Edi Hartono mewakili Kapolsek Banjarsari, Kompol Andhika Bayu Adhittama, mengatakan ada delapan PSK yang terjaring razia penyakit masyarakat (pekat) di belakang Terminal Gilingan dan kawasan Kestalan, Banjarsari, Sabtu (28/7/2012). “Selain itu, kami menangkap dua penjual ciu dengan barang bukti 50 botol ukuran sedang berisi ciu. Mereka semua akan menjalani sidang tindak pidana ringan (tipiring) hari Senin,” jelas Edi.

Sementara itu, petugas Polsek Jebres membekuk 14 pemabuk yang tengah pesta miras di empat lokasi. “Para pemabuk rata-rata sedang menghabiskan akhir pekan. Mereka akan dikenakan Pasal tipiring,” jelas Kasi Humas Polsek Jebres, Ipda Sutino, mewakili Kapolsek Jebres, Kompol I Wayan Sudhita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya