SOLOPOS.COM - Ilustrasi proyek pembangunan perumahan (Paulus Tandi Bone/JIBI/Bisnis)

Properti Jogja untuk beberapa waktu ini sempaat menurun.

Harianjogja.com, JOGJA — Melemahnya kondisi ekonomi Indonesia disebut-sebut menjadi pemicu menurunnya daya beli masyarakat terhadap produk properti. Pengembang pun berharap tahun depan ada angin segar yang memulihkan bisnis mereka.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Manager Marketing and Business Investment PT Aryaguna Putra Heru Agung Prabowo mengatakan, dari sisi kunjungan konsumen ke kantor maupun ke pameran untuk mengetahui informasi produk propertinya terbilang turun. Biasanya, kata Heru, setiap hari selalu ada orang yang datang untuk mengggali informasi.

“Kalau kantor kami sebenarnya masih stabil tetapi memang jangka waktunya yang agak panjang. Jangkanya tidak seintens dulu. Dulu hampir tiap hari ada yang datang untuk tanya-tanya produk. Sekarang hanya sedikit, dua bulan baru ada yang datang lagi,” katanya saat dihubungi Harianjogja.com, Senin (19/12/2016).

Selain kondisi ekonomi yang belum stabil, penurunan penjualan properti juga dipengaruhi amnesti pajak yang sedang bergulir saat ini. Program pengampunan pajak tersebut membuat pengusaha besar menahan uangnya untuk sementara waktu.

Adanya aksi teror bom yang terjadi akhir-akhir ini juga berpengaruh terhadap properti. Sejauh ini memang aksi terorisme tidak menyerang Jogja secara langsung meski beberapa waktu lalu ditemukan benda asing yang diduga bom di kawasan Ring Road Utara. “Properti di Jogja akan terus naik kecuali kalau terorisnya terjadi di Jogja. Kalau di luar Jogja pun juga kena imbasnya karena yang disasar adalah kota besar sementara Jogja adalah salah satunya [kota besar],” katanya. Hal ini membuat kekhawatiran bagi kalangan pengembang.

Ia tidak menampik bahwa kondisi yang terjadi selama 2016 ini membuat pengembang cukup panik. Tidak hanya pengembang, tetapi juga para blogger yang harus mengikatkan sabuk lebih ketat lagi untuk menghadapi bisnis properti tahun depan. Ia hanya memprediksi mulai Januari 2017 nanti tanda-tanda pemulihan bisnis properti akan terlihat. Masyarakat akan kembali bergairah untuk membeli produk perumahan.

Sementara itu, Direktur PT Arofa Utama, Ichwan menyebut tren bisnis properti tahun ini memang agak menurun. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti meningkatkan harga tanah yang tak terkendali, kecenderungan konsumen yang menahan diri untuk berinvestasi, proses perizinan yang relatif ketat, harga rumah yang tinggi, dan kemampuan daya beli konsumen yang terbatas.

Menurut prediksinya, pada tahun depan akan terjadi perbaikan bisnis properti. “Ada pengaruh dari kebijakan penurunan Pajak Penghasilan (PPh) dan konsumen juga sudah mulai beradaptasi dengan perkembangan harga properti,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya