SOLOPOS.COM - Shindy Sasgia. (Instagram)

Solopos.com, SOLO – Shindy Sasgia Dwi Yuniar perempuan berusia 22 tahun asal Jebres Solo saat ini tengah membela Jakarta Popsivo Polwan dalam Proliga 2022. Mengawali berlatih voli sejak SMP, Shindy sapaan akrabnya justru mulai fokus berlatih voli pada 2015 atau saat dia duduk di bangku SMA.

Bahkan Shindy sempat berlatih bulu tangkis dahulu sebelum benar-benar menekuni dunia voli. Atlet Vita Solo sejak 2017 lalu itu memulai karier di dunia bola voli kali pertama di Kejuaraan Voli Nasional (Kejurnas) Bogor 2015. Performa yang apik membuat perempuan bertinggi badan 182 cm itu memulai karier di Proliga setahun berikutnya.

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

Seiring berjalannya waktu, Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo itu justru memperoleh tantangan baru di luar dunia voli. Berawal dari sekadar mengantar saudara untuk berlatih modeling, Shindy justru tertantang untuk menggeluti dunia modeling pada 2019 lalu. Terakhir pada tahun lalu Shindy mengambil job modeling di sela-sela jadwal latihan dan turnamen voli.

Baca Juga: Hebat! Lima Jebolan Vita Solo Berlaga di Proliga

Ekspedisi Mudik 2024

“Pelatih modeling saudara saya menawarkan untuk ikut bergabung karena saya tinggi. Pas saat sepi pertandingan dan belum ada pemusatan latihan. Lalu saya ikut berbagai catwalk dan ajang modeling,” kata dia kepada Solopos.com, Rabu (12/1/2022).

Aktif di dunia modeling membuatnya harus pintar-pintar membagi waktu mengingat dia juga merupakan atlet provinsi Jawa Tengah dalam PON. Di sela-sela pemusatan latihan, Shindy selalu mengambil pekerjaan modeling.

“Saya pagi ambil job modeling kalau sore latihan. Kalau tabrakan sama jadwal latihan ya job modeling tidak diambil tetap berlatih voli,” kata Shindy.

Fokus Proliga

Awal tahun ini Shindy belum mengambil job modeling karena fokus bersama Popsivo Polwan dalam Proliga. Ia merasa turnamen di masa pandemi ini sangat berbeda dengan masa normal. Ia merasa perbedaan mencolok yakni tidak ada euforia penonton selama pertandingan. Padahal setiap pertandingan voli selalu ramai pendukung kedua tim. Para pemain pun wajib mengikuti screening ketat selama kompetisi bergulir.

“Biasanya lokasi pertandingan pindah-pindah di enam kota, ini hanya satu kota. Jadwal pertandingan pun lebih padat karena kompetisi cepat, kompetisi lalu kan hampir empat bulan. Tidak ada penyesuaian khusus cukup mengikuti alur saja, kalau sebagai atlet profesional ikut bagaimana ketentuannya saja,” imbuh dia.

Shindy mengakui padatnya jadwal kompetisi sangat menguras fisik para pemain. Seluruh atlet harus bekerja ekstra keras apalagi peserta tim putri hanya lima klub. Artinya hanya ada satu tim yang bakal tersingkir di fase berikutnya. Ia merasa tidak mempersoalkan potensi cedera di tengah jadwal yang padat selama tetap fokus berlatih ketahanan otot.

Baca Juga: Upaya KOI Agar Indonesia Terbebas dari Sanksi WADA

Ia merasa Soloraya memiliki segudang atlet berpotensi menyusul karirnya sebagai atlet profesional. Hanya saja banyak atlet yang kurang termotivasi mewujudkan cita-citanya. Shindy sudah memberi contoh kepada generasi muda yang dapat dijadikan motivasi.

“Harus semangat latihan jangan menyerah, latihan tambah sendiri. Kalau ingin jadi atlet ya korbankan waktu istirahat, fokus dengan yang dicita-cita kan,” imbuh dia.

Menurutnya untuk menjadi atlet profesional memerlukan perjuangan keras. Bahkan ia selalu menambah jam latihan untuk memperbaiki seluruh kekurangan di luar latihan reguler.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya