SOLOPOS.COM - Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, (kanan), berfoto dengan Managing Director Al Khaleej Sugar Co. sekaligus Chairman Jamal A-Ghurair Group, Jamal Al-Ghurair, (kiri), seusai melakukan pertemuan di Dubai, UEA, Selasa (2/11/2021). (Antara)

Solopos.com, DUBAI — Produsen terbesar gula di kawasan Timur Tengah, Al Khaleej Sugar (AKS) Co., akan berinvestasi 2 miliar Dolar AS atau senilai Rp28,68 triliun dalam pengembangan etanol di Indonesia.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyampaikan produsen gula pada peringkat lima besar dunia itu berminat berinvestasi di Indonesia. Managing Director Al Khaleej Sugar Co. sekaligus Chairman Jamal A-Ghurair Group, Jamal Al-Ghurair, juga menyampaikan komitmen tersebut saat bertemu dengan Agus di Dubai.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca Juga : Tarif Tes PCR Dipastikan Berubah-ubah, Ini Penyebabnya…

“AKS akan berinvestasi pabrik gula terintegrasi di Indonesia. Selain memproduksi gula, AKS rencananya memproduksi bioetanol dan listrik dari biomassa,” kata Agus di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), seperti dilansir Antara, Minggu (7/11/2021).

Kunjungan kerja Menperin Agus Selain ke Persatuan Emirat Arab untuk bertemu calon investor potensial. Salah satunya, Al Khaleej Sugar (AKS). Menperin Agus didampingi Plt Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika, Taufik Bawazier, Staf Khusus Menteri, Achmad Sigit Dwiwahjono, dan Konsul Jenderal RI di Dubai, K. Candra Negara.

AKS memiliki pabrik gula di Dubai dengan kapasitas 6.000 ton gula per hari. Selain itu, AKS juga berinvestasi di Mesir dan Spanyol. Penghasilan AKS diperkirakan 14 miliar Dolar AS per tahun.

Baca Juga : Gali Tebing, 3 Penambang Tertimbun Tanah Longsor

Agus menjelaskan pihaknya akan bekerja sama dengan kementerian lain untuk menjajaki peluang investasi karena terkait energi dan pemenuhan lahan. Agus berharap penanaman modal perusahaan gula asal Dubai itu akan menjadi pemicu industri gula nasional lebih efisien.

“AKS akan mengembangkan fabrikasi etanol dari gula. Etanol tersebut diharapkan dapat menjadi sumber bahan bakar alternatif,” tutur dia.

Upaya ini sejalan dengan tren pengurangan emisi karbon yang membuat sejumlah negara memutar otak untuk mencari sumber energi yang lebih bersih. Negara-negara tersebut Australia, Amerika Serikat, dan Filipina. Sejumlah negara itu telah mengembangkan etanol dalam jumlah besar sebagai alternatif bahan bakar fosil.

Baca Juga : Sopir Truk Hilang Kendali di Jalanan Menurun, 4 Nyawa Terenggut

Pemanfaatan etanol sebagai energi baru dan terbarukan menjadi alternatif pengurangan gas emisi karbon dari sektor transportasi. Selain sebagai bahan bakar, lanjut Agus, etanol gula dapat dimanfaatkan mengurangi ketergantungan terhadap gula rafinasi. “Dalam konteks ini impor gula bisa ditekan dan bahkan berpeluang berkurang sekitar 750.000 ton per tahun,” ungkapnya.

Agus memaparkan sejumlah strategi menekan impor gula. “Kebutuhan gula nasional sekitar 6,7 juta ton. Beberapa cara mengurangi impor gula, di antara dengan menyiapkan lahan perkebunan tebu dan mendorong proses transformasi digital. Kehadiran AKS di Indonesia, insya Allah membantu memenuhi kebutuhan gula nasional,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya