SOLOPOS.COM - Seorang pekerja sedang menggarap kursi rotan di Trangsan, Gatak, Sukoharjo. Para pengusaha kerajinan rotan di sentra industri rotan ini terus meminta agar terminal bahan baku rotan untuk mempermudah pasokan bisa direalisasikan. (JIBI/SOLOPOS/Asiska Riviyastuti)

Seorang pekerja sedang menggarap kursi rotan di Trangsan, Gatak, Sukoharjo. Para pengusaha kerajinan rotan di sentra industri rotan ini terus meminta agar terminal bahan baku rotan untuk mempermudah pasokan bisa direalisasikan. (JIBI/SOLOPOS/Asiska Riviyastuti)

SUKOHARJO — Pengrajin rotan di Trangsan, Gatak, Sukoharjo, mengaku kesulitan mendapatkan bahan baku padahal industri ini mulai kembali diminati pengusaha di desa tersebut. Hal tersebut karena harga bahan baku rotan yang diperoleh dari Surabaya mahal.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut Wakil Ketua Forum Rembug Industri Rotan Trangsan (FRIRT), Suparji, bahan baku akan lebih murah kalau mengambil langsung dari Katingan, Kalimantan Tengah. Namun kalau mengambil bahan baku langsung ke sana tidak boleh mencicil sedangkan di Surabaya pembayaran bisa mencicil.

Oleh karena itu, pihaknya berencana mengajukan kembali pembuatan terminal bahan baku rotan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan tahun ini. Hal ini dilakukan karena pengadaan bahan baku sangat penting bagi keberlangsungan usaha industri unggulan Desa Trangsan tersebut.

“Pengrajin kami saat ini sudah bertambah menjadi 190 pengusaha. Padahal dulu hanya 70 pengusaha. Berkembangnya usaha ini seharusnya didukung pula dengan bantuan permodalan dengan mendatangkan bahan baku langsung dari pusatnya [Katingan]. Harapannya hal tersebut membantu pengusaha dan usaha rotan bisa terus berkembang,” ungkap Suparji.

Pengajuan pembuatan terminal bahan baku rotan yang diajukan di APBD beberapa waktu ditolak. Menurut informasi yang diterima Suparji dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) penolakan tersebut karena ditakutkan jika terminal dibangun di tanah kas desa akan menimbulkan gejolak dikemudian hari.

Oleh karena itu, Suparji mengungkapkan pihaknya akan mengusahakan untuk mendapat bantuan modal bahan baku. Menurut dia, dampak dari tidak adanya terminal bahan baku rotan adalah rotan jenis tertentu sulit didapat dan harganya pun mahal. Suparji mengatakan walau saat ini pengrajin rotan di Trangsan terdapat koperasi tapi modal yang dimiliki koperasi masih terbatas sehingga belum bisa mengadakan terminal bahan baku rotan secara mandiri. Selain permasalahan kekurangan bahan baku, pihaknya mengaku kekurangan tenaga ahli. Hal ini lantaran beberapa tenaga ahli memilih beralih profesi atau merantau ke luar daerah.

Sementara itu, anggota Komisi II DPRD Sukoharjo, Sunarasa, mengungkapkan usaha pengajuan kembali tersebut kemungkinan bisa disetujui. “Jika alasannya [dari Disperindag] bantuan yang bisa diberikan berupa barang dan usulan pengajuan bantuan nanti juga pengadaan barang [bahan baku rotan] kemungkinan disetujui. Apalagi hal tersebut juga untuk kelangsungan hidup dan perkembangan industri rotan. Kalau saya, pasti saya mendukung usulan tersebut karena untuk pengembangan usaha kecil menengah (UKM) di Sukoharjo,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya