SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kabar duka menyelimuti dunia sepak bola Tanah Air. Dualisme kepengurusan sekaligus dualisme kompetisi ternyata tak hanya mematikan kreativitas pemain sepak bola. Lebih dari itu, dualisme yang menyebabkan berlarut-larutnya pelunasan gaji pemain telah  ‘memakan korban’.
Setelah kasus Bang Jun (pelatih Persis LPIS 2011/2012) yang keburu meninggal dunia sebelum menerima gaji pertengahan tahun, kasus serupa kembali mengguncang tim Persis.

Pemain Persis PT LI 2011/2012 asal Paraguay, Diego Mendieta meninggal dunia karena terserang virus sejenis Cytomegalo di RS Dr Moewardi Solo, Selasa (4/12) dini hari. Virus ini menyerang kepala bagian belakang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebelum terserang virus mematikan, Diego selalu mempertanyakan kapan gaji dan kontraknya senilai kurang lebih Rp120 dibayar oleh manajemen. Mestinya, gaji tersebut diterima Diego setelah kompetisi PT LI beberapa bulan lalu.

Kabar duka ini tentunya mengejutkan seluruh pecinta sepak bola Tanah Air. ‘Kemarahan’ pecinta sepak bola semakin memuncak ketika mendengar jenazah Diego belum dapat dikirim ke Paraguay lantaran terkendala biaya. Keperluan pemberangkatan jenazah Diego rute Indonesia-Paraguay berkisar Rp150 juta. Dari jumlah itu, Persis Solo baru dapat membantu Rp50 juta.

Ayah dari Gaston dan Cielo ini sengaja menggantungkan hidupnya bermain bola di Indonesia sejak tahun 2007. Selain merantau mencari sesuap nasi di Indonesia, suami dari Valeriana Ibanez ini juga pernah membela klub di China dan Malaysia.

Kecintaan pria kelahiran 13 Juni 1980 ini kepada Indonesia tak perlu diragukan lagi.

Kendati dilanda dualisme kepengurusan dan dualisme kompetisi, Diego tetap ingin berada di Indonesia. Diego bersama kawan dekatnya, Puji Widodo sebenarnya sudah ditawar tim Persewon Wondamai.

Sebelumnnya, Diego juga sempat ditawar Persepar Palangkaraya. Sayang, rencana tersebut urung dilakukan Diego. Selama merumput di Solo, Diego dikabarkan sering mengonsumsi susu segar dan hobi memancing.

Setelah sekian lama merantau jauh dari anak istri, Diego enggan pulang ke kampung halaman. Penyebabnya, gaji yang sudah menjadi hak Diego belum dilunasi pihak sponsor melalui manajemen Persis. Dalam kondisi bingung, Diego terpaksa gali lubang tutup lubang. Diego yang menjadi pemain profesional rela bermain di tingkat Tarkam.

Hal ini dilakukan Diego semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bahkan, sampai kematiannya, Diego masih menanggung hutang selama dua bulan saat indekos di Kotta Barat.

Belum dilunasinya gaji telah menguras pikirannya. Diego pun yang jatuh sakit selama satu bulan selalu gonta-ganti rumah sakit (RS), yakni di RS Yarsis Solo, RS PKU Muhammadiyah Solo dan di RS Dr Moewardi Solo. Selama terbaring di RS, Diego mengandalkan bantuan dari teman-teman dekatnya.

“Diego sempat muntah sekali sebelum meninggal dunia. Dia memang jarang makan selama sakit [Diego sangat suka makan buah dan tidak menyukai gorengan saat sakit]. Berat badannya berkurang 10 kg, yakni dari 80 kg menjadi 10 kg,” kata teman dekat Diego, Arum saat ditemui Espos di RS Dr Moewardi Solo, Selasa (4/12).

Beberapa jam sebelum Diego meninggal dunia, pemain yang berposisi sebagai striker ini sempat menelepon agennya, Wulan. Di perbincangan itu, Diego mengaku takut dan ingin pulang ke Paraguay. Diego juga minta didoakan agar diberi keselamatan.

“Beberapa jam sebelum meninggal, saya sempat bicara dengan Diego. Dia bilang ingin pulang. Tapi, dia tak bisa berjalan dan tak bisa beli tiket pesawat,” kata Wulan.

Diego kali terakhir tampil di lapangan hijau membela Persis Solo Selection di bawah asuhan Bang Edu di Batik Cup Oktober 2012.

“Hingga Diego meninggal, tidak ada satupun yang mengetahui penyakitnya. Saat ditanya sewaktu masih hidup, Diego hanya bilang merasakan pusing kepala,” kata teman Diego lainnya, Edwin.

Sesaat setelah mendengar kabar, para pelayat mulai berdatangan ke RS Dr Moewardi, seperti mantan Ketum Persis, FX Hadi Rudyatmo, Manajer Persis PT LI 2011/2012, Totok Supriyanto, jajaran pengurus Persis, pemain Persis PT LI  dan Pasoepati.

“Kami sebenarnya ingin menggalang aksi lanjutan yang dimulai hari ini [kemarin]. Penggalangan itu termasuk penggalangan dana sekaligus melakukan lelang kostum pemain terkenal, termasuk Irfan Bachdim. Rencananya, semua hasil penggalangan disumbang ke Diego. Tapi, sekarang Diego sudah meninggalkan kami,” jelas anggota Pasoepati, Andre Jaran.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya