SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Studi kasus yang dilakukan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyimpulkan laki-laki di Indonesia berpotensi lebih tinggi terkena kanker paru-paru. Sebab, sebanyak 69 persen dari seluruh laki-laki di Indonesia merupakan perokok aktif.

Menurut Ketua PDPI Pusat, Agus Dwi Susanto, kanker paru-paru merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga dari 10 besar penyakit paru di Indonesia setelah pneumonia dan tuberkulosis (TB). Rokok menjadi faktor utama tingginya pengidap kanker paru di Indonesia yang berujung pada kematian.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara konsumen rokok terbanyak di dunia. Jadi data tersebut saling berhubungan kenapa pengidap kanker paru-paru di Indonesia angkanya juga tinggi. Karena rokok adalah penyebab utamanya,” jelas Agus ketika konferensi pers PDPI di Hotel Alila Solo Kamis (12/9/2019).

Menurut Agus, mayoritas laki-laki di Indonesia memiliki potensi paling besar dapat terjangkit kanker paru-paru. Pasalnya, diketahui sebanyak 69 persen laki-laki di Indonesia merupakan perokok aktif yang dapat meningkatkan risiko tersebut.

“Dari data tersebut, kanker paru-paru menjadi salah satu penyumbang penyebab angka kematian yang tinggi. Khususnya laki-laki. Risikonya paling tinggi saat ini,” imbuh dia.

Sementara itu, Ketua Panitia Kongres Kerja PDPI yang juga Kabid Pelayanan Medis RSUD dr. Moewardi Solo, Harsini, mengatakan di Solo pengidap kanker paru-paru juga tergolong tinggi.

Menurutnya, pengidap kanker paru-paru di RSUD dr. Moewardi masuk kategori lima besar yang juga didominasi oleh laki-laki. Oleh karena itu, dia mengimbau kepada perokok aktif agar rutin melakukan screening untuk mengetahui kondisi kesehatan paru-paru mereka.

“Kebanyakan, angka kematian akibat kanker paru karena mereka telat menyadari. Perokok adalah yang memiliki risiko paling tinggi. Harus rutin periksa atau screening paru-paru. Supaya kalau diketahui ada kanker bisa langsung ditangani. Kebanyakan yang menyadari sudah stadium III dan IV. Jadi kemungkinan tertolong rendah,” bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya