SOLOPOS.COM - Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi (kiri), saat meninjau sentra vaksinasi di Kantor Kecamatan Mijen, Kamis (8/7/2021). (Semarangpos.com-Humas Pemkot Semarang)

Solopos.com, SEMARANG – Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat yang berlangsung sejak 3 Juli sudah berakhir pada 20 Juli kemarin. Pemerintah memutuskan untuk memperpanjangnya namun dengan nama baru, yakni PPKM Level 1-4. Untuk wilayah Jawa-Bali diterapkan PPKM Level 4-3.

Selama 14 hari pelaksanaan PPKM darurat sebelum perpanjangan itu, tingkat kematian akibat Covid-19 di Kota Semarang masih tergolong tinggi, bahkan di atas level nasional. Hal itu diungkapkan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, saat menggelar jumpa pers di Balai Kota Semarang, Rabu (21/7/2021).

Promosi Restrukturisasi Kredit Covid-19 akan Berakhir, BRI Siapkan Strategi Pencadangan

Wali Kota yang akrab disapa Hendi itu menyebut tingkat kematian Covid-19 di Kota Semarang selama PPKM darurat menurun. Meski demikian, penurunan itu tidak terlalu signifikan.

Baca Juga: Pemprov Jateng Kebut Penyaluran Beragam Bansos Rp418,8 M, Ini Perinciannya

“Tingkat kematian di Kota Semarang pada 3 Juli kemarin atau pekan ke-26 rata-rata 340 orang per pekan. Sekarang, per tanggal 20 Juli atau pekan ke-28 menjadi 271 orang per pekan. Memang turun dari 6,4% menjadi 6,2%, tapi masih di atas rata-rata nasional. Seusai aturan pusat, maksimal 5%,” ujar Hendi.

Hendi menambahkan masih tingginya tingkat kematian Covid-19 itu membuat Kota Semarang masuk dalam penerapan PPKM Level 4 yang berlangsung hingga 25 Juli nanti.

“Jadi, sesuai keputusan pemerintah pusat, PPKM tetap diperpanjang hingga 25 Juli. Bukan lagi PPKM darurat, sekarang pakainya level. Kebetulan kita, Semarang masuknya level 4. Setelah 25 Juli, hasil kedisiplinan, prokes, vaksin, dan kasus membaik, setiap daerah diizinkan memodifikasi kebijakannya,” tutur Hendi.

Baca Juga: BPS Jateng: Penduduk Miskin di Desa Bekurang Setelah Setahun Pandemi, Di Kota Malah Naik

Kasus Turun

Hendi mengaku selama penerapan PPKM Darurat, kasus Covid-19 di Kota Semarang juga terbilang menurun. Jika sebelum PPKM Darurat, jumlah kasus aktif mencapai 2.349 orang, maka per 20 Juli kasus aktif turun menjadi 1.892 orang.

“Dari jumlah itu, sekitar 600 orang merupakan warga luar Kota Semarang. Jadi yang warga asli Semarang sekitar 1.200-an,” tutur Hendi.

Selain penurunan kasus, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit maupun tempat isolasi juga mengalami penurunan selama PPKM Darurat.

Jika sebelum PPKM Darurat, BOR di Kota Semarang mencapai 94% untuk ruang isolasi, dan 96% untuk ruang ICU, maka kini turun. Hendi mengklaim saat ini BOR ruang isolasi di Kota Semarang berkisar 57%, sedangkan untuk ICU 84%, dan isolasi terpusat sekitar 23%.

Baca Juga: Inisiasi Gedor Lakon, Gus Yasin Ajak Penyintas Covid-19 Jadi Donor Plasma Konvalesen

“Memang masih ada rumah sakit yang penuh. Dari 21 rumah sakit yang ada, 3 di antaranya masih penuh yakni RS Permata Medika, RS Tlogorejo, dan RS Pantiwiloso. Sementara lainnya, punya cadangan kamar. Kondisi ini berbeda dengan tiga pekan lalu yang antrean sampai di IGD. Hari ini, rata-rata IGD sudah clear,” kata Hendi.

Sementara itu, berdasarkan data siagacorona.semarangkota.go.id per 21 Juli 2021, total kasus Covid-19 di Kota Semarang mencapai 73.875 orang. Perinciannya, 2.020 kasus aktif, 66.471 kasus sembuh, dan 5.384 kasus kematian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya