SOLOPOS.COM - Rehabilitation village atau kampung rehabilitasi penderita kusta di Kampung Sumber Telu, Kabupaten Jepara. (Solopos.com/Adhik Kurniawan)

Solopos.com, JEPARA — Berlokasi sekitar 45 menit dari Jepara Kota, tepatnya berada di Sumber Telu, Desa Banyumanis, Kecamatan Donorojo, Jawa Tengah (Jateng), terdapat perkampungan yang berisi para penyintas penyakit kusta. Kampung tersebut terbagi menjadi empat blok dan memiliki sekitar 286 jiwa atau 69 kartu keluarga (KK) dari berbagai daerah di Jawa.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, terlihat jalanan di perkampungan tersebut cukup lebar hingga bisa dilintasi kendaraan roda dua bahkan empat. Tata letak bangunan juga rapi serta kondisinya terlihat bersih.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat perjalanan menyusuri blok Planggandul, seorang lanjut usia (lansia) tengah duduk di teras dan tersenyum menyapa. Ketika Solopos.com bertegur sapa, pria itu bernama Sargi, 64, seorang penyintas kusta yang tengah bersantai di depan rumah bersama istrinya, Damini, 60.

Kondisi Sargi saat ditemui jari-jari pada tangan kiri serta kedua jari kakinya terlihat keriting atau cacat. Sedangkan istrinya, kondisi seluruh badan masih utuh karena tak terlambat saat diagnosa dini penyakit kusta.

Ekspedisi Mudik 2024

Sejak bakteri mycobacterium leprae menyerang kulit hingga sarafnya 30 tahun lalu, Sargi merasakan menjadi orang dikucilkan. Kehidupan yang ia bangun di perkampunganya hancur seketika karena diskriminasi oleh lingkungan sekitar.

“Mending menetap di sini [Kampung Sumber Telu] karena lebih enak tinggal di sini daripada di Pati. Di sini mencari pekerjaan mudah, pengobatan mudah, orang-orangnya juga guyub rukun. Kalau di kampung dulu [Pati], orang-orang pada suka mengusik, mau berobat juga sulit,” kata Sargi yang sudah 25 tahun tinggal di Kampung Sumber Telu, Kamis (26/1/2023).

Saat masih di kampung halaman, Sargi bekerja sebagai petani dengan menggarap lahan sawah. Namun, semua berubah ketika penyakit lepra datang secara tiba-tiba.

“Petani dulu pas di kampung. Tapi setelah kena kusta, mau menggarap sawah sulit, badanya udah enggak kuat. Terus mau kerja lainya, nyarine sulit. Apalagi orang-orang juga pada mengusik [memberi stigma buruk],” kenangnya yang saat ini sudah memiliki pekerjaan sebagai pengusaha mebel dan ternak sapi.

Senada, Abdul Karim, 66, warga asal Jawa Timur (Jatim) ini juga lebih memilih menetap di Kampung Sumber Telu. Seiring berjalanya waktu tinggal di Donorojo, ia bertemu Baitul Rohmah, 45 yang saat ini telah menjadi istrinya dan sama-sama tinggal seatap.

“Saya sempat ke Tanggerang, terus Blora. Tapi enggak nyaman, dan akhirnya memilih menat di sini sampai sekarang,” kata Abdul yang tinggal di Kampung Sumber Telu sejak 2006 lalu.

Pekerja Sosial RS Kusta Donorojo, Rismanto Arie, menyampaikan jika para penyintas kusta lebih nyaman tinggal di Kampung Sumber Telu daripada harus balik ke kampung asalnya. Sebab di Desa Banyumanis ini, mereka bertemu dengan orang-orang yang memiliki nasib sama.

“Mereka di sini malah lebih mandiri, hidup tenang, nyaman. Makanya kebanyakan setelah perawatan di RS Kusta Donorojo, mereka lebih memilih menetap di sini karena trauma atau takut bila balik ke tempat asalnya. Banyangan akan diskriminasi masih menjadi ketakutan tersendiri,” beber Rismanto.

Sekadar informasi, Setiap pekan terakhir pada Januari, organisasi kesehatan memperingatinya sebagai hari World Leprosy Day atau hari kusta sedunia, di mana hari ini jatuh pada Minggu (29/1/2023).

Peringatan ini juga bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit kusta. Di samping itu sebagai ajang menyerukan diakhirinya stigma dan diskriminasi terkait orang yang menderita kusta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya