SOLOPOS.COM - Ilustrasi tsunami. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan adanya potensi tsunami setinggi 28 meter di Pacitan.

Waktu kedatangan diperkirakan 30 menit setelah gempa terjadi. Perkiraan itu disampaikan BMKG dan merupakan skenario terburuk agar siap siaga. “Itu potensi dan belum tentu terjadi,” ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat mendampingi Mensos di Pacitan belum lama ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Skenario terburuk sengaja dipilih, lanjut Dwikorita, untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Tak hanya bagi masyarakat namun juga pemangku kepentingan setempat. Pun kejadian tersebut tidak diharapkan, namun upaya mitigasi bencana harus dilakukan.

“Kalau latihannya sudah terburuk, terparah. Kalau terjadinya kurang dari itu diharapkan semakin cekatan, terampil,” katanya seperti dilansir dalam laman resmi BMKG.

Baca Juga: BMKG: Ada Potensi Tsunami 28 Meter di Pacitan

Sementara pascaperingatan tersebut, Pemkab Pacitan melakukan sejumlah tindak lanjut. Satu di antaranya menyiapkan Tempat Evakuasi Akhir (TEA) di wilayah Kecamatan Kota. Sedikitnya ada 15 TEA yang dipersiapkan. 10 di antaranya berada di barat Sungai Grindulu, sedangkan 5 sisanya di timur sungai.

“Selama sepekan ini kami sudah mengecek sekitar 15 TEA. Dan ada beberapa TEA yang juga bisa digunakan untuk shelter penyediaan sarana prasarana dan logistik,” papar Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan, Dianitta Agustinawati kepada Detik.com, Sabtu (18/9/2021).

Menurut Dianitta, peringatan yang dikeluarkan BMKG justru bermakna positif. Apalagi hal itu dibarengi kedatangan mensos yang mengikuti langsung kegiatan simulasi. Hal itu, lanjut Dianitta merupakan wujud perhatian pemerintah kepada warga Pacitan.

“Harapan saya pelatihan terkait mitigasi bencana ini rutin dilakukan, bukan hanya insidental saja. Sehingga masyarakat selalu ingat harus melakukan apa saat bencana terjadi,” ujarnya.

Baca Juga: Peta Jalan Indonesia Digital bagi Generasi Muda sebagai Game Changer Masa Depan

Bisa Terjadi Kapan Saja

Pernyataan BMKG tersebut tidak berbeda jauh dari pernyataan yang pernah disampaikan Kepala Laboratorium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas beberapa waktu lalu. Saat itu, Heri mengatakan agar kita mewaspadai terkait potensi bencana gempa bumi megathrust selatan Jawa yang bisa terjadi kapan saja.

Menurut Heri, gempa tersebut memiliki kekuatan yang sangat besar dan saat ini tengah berada di ujung siklus perulangan (earthquake cycle).

“Berdasarkan data Global Navigation Satellite System (GNSS) mengkonfirmasi adanya akumulasi energi di bagian megathrust Selat Sunda hingga Pelabuhan Ratu dan selatan Parangtritis hingga selatan Pantai Jawa Timur,” terang Heri.

Dari hasil pemodelan, kekuatan gempa yang bisa terjadi mencapai magnitudo (M) 8,7 hingga 9,0 dan bisa diikuti oleh gelombang tsunami hingga 20 meter tingginya.

Baca Juga: Tokoh Agama di Tangerang Meninggal Dunia Ditembak Sepulang Salat Magrib

Gelombang tsunami tersebut bisa sampai di pesisir Jakarta dengan ketinggian 1 meter hingga 1,5 meter. Ketinggian itu, relatif lebih kecil dibandingkan dengan potensi tsunami yang bisa terjadi di bagian selatan.

“Namun demikian fakta saat ini pesisir Jakarta wilayahnya sudah ada di bawah laut hingga minus 1-2 meter, ini artinya potensi tsunami akan lebih besar,” ujar Heri dalam keterangan yang diterima detikcom beberapa waktu lalu.

Berdasarkan hasil simulasi model, run-up tsunami dapat mencapai sebagian besar Pluit, Ancol, Gunung Sahari, Kota Tua hingga Gajah Mada. “Kalau kita perhatikan modelnya ternyata nyaris menyentuh Istana [Presiden], ” ujar Heri seperti dilansir dalam CNN Indonesia pada Senin (16/8/2021).

Baca Juga: Ali Kalora Ditembak Mati Satgas Madago Raya, Mahfud Md Minta Masyarakat Tenang

Menurutnya, dari pemodelan tersebut menyiratkan bahwa tanggul pantai atau laut di Jakarta akan berperan sangat penting, tidak hanya mencegah banjir rob, tetapi juta melindungi Jakarta dari tsunami.

“Untuk itu kita harus mendukung pemerintah dalam mempercepat upaya pembangunan tanggul sepanjang pesisir Jakarta. Fakta ini mau tidak mau harus diungkap, meskipun terkesan menakut-nakuti,” ujar Ketua Lembaga Riset Kebencanaan IA-ITB tersebut.

Selain itu, Heri juga mengatakan bahwa pemerintah harus mulai lebih rutin menggencarkan edukasi dan simulasi kebencanaan kepada masyarakat. Kemudian menyediakan jalur evakuasi dan shelter untuk tempat berlindung warga.

“Kalau mampu membangun tanggul penahan tsunami seperti di Jepang, ya bisa saja. Tetapi biayanya mahal dan kita belum ke arah sana. Itu kan tanggulnya berlapis. Hal yang terbaik edukasi terhadap masyarakat,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya