SOLOPOS.COM - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (kiri) melihat proses pengawetan bawang merah dengan mesin control atmosphere storage (CAS) saat kunjungan kerja di Kudus, Jateng, Sabtu (13/5/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Yusuf Nugroho)

Masih banyak lahan marginal yang belum dimanfaatkan.

Harianjogja.com, BANTUL— Pemkab Bantul menyatakan masih ada tiga desa di wilayah ini berstatus rawan pangan. Padahal, masih banyak lahan yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Bantulmendata ada tiga desa rawan pangan. Ketiga desa tersebut adalah Desa Girirejo dan Wukirsari di Kecamatan Imogiri serta Desa Trimurti di Kecamatan Srandakan.

Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (Diperpautkan) Bantul, Pulung Haryadi menyatakan, penyebab desa rawan pangan cukup beragam, diantaranya ketersediaan pangan, kemampuan mengakses pangan serta faktor kemiskinan, kesehatan, kekurangan energi protein dan keseimbangan antara luasan lahan pertanian dengan jumlah penduduk.

“Di Bantul disebabkan oleh tidak seimbangnya rasio luas lahan dengan jumlah penduduk,” katanya, Rabu (11/10/2017).

Tidak seimbangnya rasio tersebut, menurut Pulung disebabkan banyaknya lahan marginal yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Kecamatan Srandakan misalnya belum mampu mengolah lahan marjinal di pesisir Pantai Selatan untuk dijadikan lahan pertanian produktif.

Hal yang sama terjadi di Desa Wukirsari dan Girirejo, Imogiri. Pulung mengakui di wilayah tersebut masih banyak lahan marginal yang hingga kini belum tergarap. Sehingga meskipun lahan pertaniannya cukup luas, sebagian besar belum bisa menjadi lahan pertanian yang produktif. Terlebih lagi indikasi produktifitas lahan tersebut harus setara dengan ketersediaan karbohidrat. “Jika memungkinkan lahan marginal bisa ditanami singkong atau penghasil karbohidrat lain,” ujarnya.

Hal senada disampaikan oleh Kepala Desa Wukirsari, Bayu Bintoro. Menurutnya dari total luas lahan pertanian yang ada, hanya 37% yang berada di dataran rendah dan baru 12% yang mampu teraliri irigasi dengan baik. Pasalnya luas lahan pertanian yang mencapai 60% total luas wilayah Wukirsari, mayoritas merupakan dataran tinggi. Sejauh ini pihaknya dan Pemkab Bantul telah berupaya mengalirkan irigasi ke beberapa lahan marginal tersebut, namun upaya itu belum berhasil dengan baik. Sementara untuk membuat sumur bor dalam dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit. “Kalau mau mengalirkan dari sumber air cukup sulit karena jaraknya mencapai empat kilometer dari lahan,” katanya.

Baca Juga : Masih Ada Tiga Desa Rawan Pagan di Bantul

Meskipun wilayah Wukirsari dilewati aliran Sungai Opak, namun karena posisi lahan lebih tinggi, air sungai tersebut belum bisa dimanfaatkan secara maksimal. Padahal 35% dari total penduduknya yang mencapai 17.160 jiwa bekerja di sektor pertanian. “Kami akan optimalkan lahan pekarangan warga untuk menanam palawija,” tutur Bayu Bintoro.

Namun pemeirntah juga memastikan, apabila lahan pertanian di suatu wilayah memang tidak bisa diperluas lagi, maka langkah yang diambil adalah peningkatan pasokan distribusi pangan ke wilayah itu. Penambahan pasokan ini akan menimbulkan konsekuensi penambahan lumbung pangan. “Kami sudah intervensi lumbung pangan di Kecamatan Srandakan tapi masih harus dikaji lagi sejauh mana pemanfaatannya,” tambah Pulung Haryadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya