SOLOPOS.COM - Perajin blangkon asal Kampung Potrojayan, Serengan, Ananta Karyana, 50, menunjukkan blangkon buatannya di rumahnya pada Selasa (7/2/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Kampung Potrojayan, Serengan, Solo, bertranformasi menjadi Kampung Blangkon di Kota Bengawan. Salah satu perajin blangkon yang tetap eksis hingga saat ini adalah Ananta Karyana.

Pria berusia 50 tahun ini menjadi perajin blangkon sejak 33 tahun yang lalu, tepatnya pada 1993 ia memutuskan fokus menjadi perajin blangkon.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagai Ketua Paguyuban Maju Utomo Kampung Blangkon Potrojayan, Ananta bersama lima orang karyawannya mampu memproduksi 2.000 pesanan blangkon dalam sebulan.

Rata-rata satu perajin blangkon bisa membuat 80 hingga 100 buah blangkon setiap hari. Hasilnya dipasok ke Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Demak, dan Lampung.

Blangkon buatan Ananta biasanya diminati oleh toko perlengkapan manten dan toko suvenir.

Banyaknya pesanan dari mulut ke mulut, membuat Ananta, dan perajin lainnya tidak ada yang berjualan secara online. Sebab untuk berjualan online, seorang perajin harus mempunyai stok blangkon di rumah agar sewaktu-waktu ada yang order barang sudah siap.

Blangkon buatan Ananta dibanderol dengan harga Rp15.000 hingga Rp200.000 tergantung jenis kain dan model blangkon yang dipesan.

Pasang surut usaha blangkon miliknya puncaknya terjadi saat pandemi Covid-19, ia sama sekali tidak memproduksi blangkon hampir setahun karena tidak ada pesanan disebabkan banyaknya agenda kebudayaan yang dibatas pada waktu itu.

Ananta nenjelaskan perajin blangkon di Potrojayan membuat semua jenis blangkon. Mulai dari blangkon khas Jogja, Semarang, Jawa Timur, Ponorogo, Sunda, Betawi, maupun Solo yang mempunyai ciri khas berbeda-beda.

Kampung Potrojayan ini menjadi pusat perajin blangkon sejak 1980-an, waktu itu hanya terdapat tiga perajin, hingga menjadi 30-an perajin, dan saat ini menjadi 23 perajin blangkon yang tersisa karena banyak yang banting setir ke pekerjaan lain karena pandemi.

“Awalnya sudah ada yang bekerja menjadi perajin blangkon yang jadi langganan di Keraton Solo, terus masyarakat sini kan diajak untuk belajar membuat blangkon jadi karyawan. Kemudian mreka akhirnya membuka home industry dan menggeluti pekerjaan perajin blangkon, mulai berkembang pada 1990-an,” ujar Ananta saat ditemui Solopos.com di rumahnya pada Selasa (7/2/2023).

Berkembangnya perajin blangkon tersebut diawali pada 1987 hingga 1988 saat kampanye dan tahun politik, perajin blangkon mencoba membuat kreasi dengan memproduksi blangkon ditambah bendera partai, dan ternyata banyak diminati masyarakat.

Kampung Blangkon tersebut, menurut Ananta bakal dikembangkan menjadi Kampung Wisata Blangkon. Kawasan itu akan dilengkapi dengan gedung modern yang bisa digunakan sebagai showroom dan tempat belajar membuat blangkon.

Showroom untuk workshop tersebut akan menggunakan lahan seluas 2.000 meter persegi yang sebelumnya merupakan permakaman umum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya