SOLOPOS.COM - Para narasumber workshop Penerapan Digital Banking untuk Pemberdayaan UMKM di Ralana Resto and Eatery, Solo, Rabu (22/11/2017). (Istimewa)

Pelaku UMKM Solo diajak mengembangkan usaha online dengan transaksi nontunai.

Solopos.com, SOLO — Bisnis dengan transaksi nontunai dan pasar online menghadirkan potensi besar bagi kalangan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal itu seiring perkembangan pesat transaksi keuangan melalui teknologi finansial (tekfin).

Promosi Sukomulyo Gresik Pemenang Desa BRILiaN Kategori Pengembangan Wirausaha Terbaik

Kepala Tim Advisory & Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Muhammad Taufik Amrozy, memaparkan hingga Agustus 2017, transaksi tekfin di Indonesia mencapai US$18,646 miliar atau sekitar Rp251,25 triliun.

Dari total nilai tersebut 99% transaksi atau US$18,611 miliar transaksi tekfin didominasi pembayaran digital (nontunai). Sisanya, 0,11% atau US$20 juta disumbang finansial personal dan 0,09% atau US$14 juta disumbang finansial bisnis.

Ekspedisi Mudik 2024

Besarnya nilai transaksi pembayaran digital tersebut mengindikasikan perubahan pola transaksi publik dari konvensional menuju pembayaran digital, terutama belanja online. Pelaku UMKM berpeluang besar menjaring pasar lebih besar melalui penjualan online.

”Kami kampanyekan terus [ihwal transaksi tekfin] kepada pelaku UMKM. BI [Bank Indonesia] membentuk Fintech Office sejak 2016 untuk merespons hal tersebut. Dengan dibentuknya Fintech Office, BI serius memperhatikan inovasi di bidang keuangan, terutama perkembangan ekonomi digital sharing,” kata dia kepada wartawan di sela-sela bertajuk Penerapan Digital Banking untuk Pemberdayaan UMKM di Ralana Resto and Eatery, Jl. Slamet Riyadi No. 301, Solo, Rabu (22/11/2017).

Jumlah Pengguna Internet

Kendati UMKM berpeluang besar untuk melebarkan bisnis melalui transaksi digital, Taufik belum memerinci jumlah UMKM yang telah terjun ke dunia digital. Pun demikian dia belum bisa memastikan berapa UMKM di Solo yang terjun ke dunia digital.

PT Bubu Kreasi Perdana menyebut baru sekitar 9% UMKM di Indonesia yang memiliki kemampuan e-commerce. Diperkirakan ada 6 juta UMKM atau sekitar 12% dari total UMKM di Indonesia yang memaksimalkan bisnis online pada 2020 saat transaksi e-commerce diprediksi mencapai Rp1.850 triliun.

”Pemberdayaan digital terhadap UMKM Indonesia mampu meningkatkan PDB negara hingga 7%,” kata Chief Executive Officer (CEO) PT Bubu Kreasi Perdana, Shinta Witoyo Dhanuwardoyo.

Berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2016, sebanyak 132,7 juta penduduk atau sekitar 51,8% penduduk Indonesia merupakan pengguna Internet. Mayoritas dari mereka yaitu 98,6% mengetahui Internet sebagai tempat jual beli barang dan jasa.

Menariknya, 84,2 juta pengguna Internet pernah bertransaksi online dengan frekuensi yang beragam. Sebanyak 92 juta pengguna Internet menilai transaksi online aman sedangkan 39,4 juta pengguna lainnya menilai tidak aman. Mayoritas pengguna juga meyakini keamanan perbankan online.

Regional CEO Bank Mandiri Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Maqin U. Norhadi, mengatakan transaksi e-channel juga tumbuh pesat sejak tiga tahun terakhir dengan pertumbuhan sekitar 64% per tahun sejak tiga tahun terakhir.

Secara nasional, sejak Januari hingga Oktober, volume transaksi Internet banking di Bank Mandiri tercatat Rp112,1 triliun, sedangkan di Jateng dan DIY transaksinya mencapai Rp7,94 triliun. Volume transaksi mobile banking lebih besar lagi.

Secara nasional, transaksi di Bank Mandiri tercatat Rp265,9 triliun sedangkan di Jateng dan DIY transaksinya tercatat Rp18,5 triliun. Sementara itu transaksi melalui mesin anjungan tunai mandiri (ATM) secara nasional tercatat Rp98 triliun sedangkan di Jateng dan DIY transaksinya Rp7,8 triliun.

”UMKM yang mau menjual barang-barang harus melihat potensi bisnis ini. Itu karena memang inilah cara orang bertransaksi di zaman sekarang. Dulu orang-orang bertransaksi dengan datang ke bank. Sekarang mereka tidak perlu repot-repot lagi pergi ke bank,” ujar dia.

Koordinator Jumpa Minum The dan Niaga (Juminten), Indrias Senthir, mengatakan dari 60-an anggota Juminten, sekitar 50% atau 30-an orang sudah melek digital dengan berjualan online di samping berjualan offline. Juminten merupakan komunitas para pelaku UMKM dari Solo.

”Dengan berjualan secara online, jaringan pasar lebih luas dan penjualan bisa meningkat. Apalagi sekarang transaksi bisa melalui smartphone, tidak mengenal waktu dan tempat bisa dilakukan. Ke depan kami akan menggenjot pelatihan online supaya usaha mereka terus berkembang,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Rabu.

Toko Offline

Indri juga mendorong anggota Juminten berjualan secara online karena melihat jangkauan pasar yang sangat luas. Namun demikian, anggota Juminten yang baru merintis usaha melalui jualan online juga didorong membuat toko offline supaya lebih terpercaya.

Ketua Komunitas Pengrajin Sangkar Mojosongo (Kompassongo), Eko Sri Muryanto, mengatakan dari 56 anggota Kompassongo, hanya ada delapan pengrajin yang bisa berjualan secara online. Eko menambahkan minimnya pengrajin sangkar burung yang berjualan online karena mayoritas tidak memiliki smartphone.

”Padahal kalau mereka berjualan online, harganya bisa lebih mahal. Sangkar burung yang biasanya seharga Rp75.000 hingga Rp100.000 bisa laku antara Rp175.000 hingga Rp200.000,” kata dia.

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Retno Tanding Suryandari, mendorong stakeholder memberikan sosialisasi terkait tanda-tanda sebuah situs, organisasi, instansi, atau lembaga tersebut aman untuk bertransaksi untuk lebih meningkatkan kepercayaan publik terhadap transaksi nontunai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya