SOLOPOS.COM - Dua unit ambulans dari Puskesmas Sambirejo, Sragen, menjemput jenazah nenek-nenek yang meninggal di lokasi klaster layatan di wilayah Desa Jetis, Sambirejo, Sragen, Rabu (5/5/2021). (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN — Para tenaga kesehatan (nakes) telah bekerja secara maksimal untuk menangani kasus Covid-19 pada klaster layatan di wilayah Desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Sragen.

Kepala Puskesmas Sambirejo, Sragen, dr. Wisnu Retnaningsih, kepada Solopos.com, Jumat (7/5/2021), menyampaikan para nakes sudah bekerja maksimal sampai pontang-panting dalam menangani kasus Corona di Jetis.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Wisnu mengaku menjemput bola dengan membawa armada kesehatan untuk datang ke lokasi yang berada di pinggiran hutan dengan medan yang naik turun karena perbukitan.

Baca juga: Muncul Klaster Tarawih di Sambirejo Sragen, Plh. Bupati: Jangan Remehkan Covid-19

Dia menyampaikan belum lagi kondisi bidan desa yang mengalami diabetes masih harus bekerja.

Polahe saya dan teman-teman naskes itu sudah maksimal. Saat kami mendengar ada gejala yang mengarah ke Covid-19, kami langsung gerak cepat. Swab test tidak lagi di fasilitas kesehatan tetapi kami datang menjemput bola ke lokasi yang terpencil. Masyarakat di dukuh itu kan tidak percaya dengan Covid-19. Kami datang membawa dua unit mobil ternyata enggak ada yang mau swab test. Kami datang dicuekin warga,” ujar Wisnu.

Namun, Wisnu tidak putus asa. Wisnu meminta bantuan aparat TNI, Polri, dan bantuan Camat untuk mendampingi agar bisa sosialisasi dulu.

Baca juga: 48 Pemudik ke Sragen Jalani Rapid Test Antigen, Ini Hasilnya!

Meskipun Camat sudah mengingatkan kalau warganya sulit dan tidak mau di-swab test, Wisnu tetap datang ke lokasi. Wisnu mengedukasi masyarakat dulu sebelum swab test dilakukan.

“Pak RT diminta pukul kentongan agar warga berdatangan. Saya kemudian menjelaskan kalau habis di-swab tidak dibawa ke Technopark atau rumah sakit. Saat itu pula, saya membawa obat-obatan lengkap. Yang ada gejala ringan, batuk, flu, hilang penciuman, sebanyak 20 orang langsung diobati. Hingga akhirnya ada 30 orang mau dilakukan swab test,” kata Wisnu mengisahkan tracing kali pertama di wilayah Jetis.

Tidak Masuk ke Rumah-Rumah

Wisnu sudah menduga ada indikasi persebaran Covid-19 di dukuh itu karena sebelumnya ada acara tahlilan dengan saudara dari Jakarta, Nganjuk, Surabaya, dan lainnya.

Dia menerangkan selama lockdown, bidan desa selalu memantau tetapi tidak masuk ke rumah-rumah karena hal itu membahayakan nakes sendiri.

“Kalau harus periksa langsung ke mereka yang bergejala setiap hari ya sama saja bunuh diri namanya. Periksanya kan dari luar rumah. Ketika ada dua orang yang bergejala langsung ditangani dan dibawa ke puskesmas meskipun berisiko. Dari puskesmas kemudian dirujuk ke RSUD. Yang satunya merasa enak minta pulang, kemudian tiga hari berikutnya ada gejala lagi, kami terima lagi di puskesmas. Setelah swab test ternyata positif terpapar Covid-19, kemudian semalam dirujuk ke PKU Masaran,” katanya.

Baca juga: 1 Warga dari Klaster Layatan Sambirejo Sragen Meninggal

Wisnu mengakui saat pukul 24.00 WIB bidan desa ketiduran saat ada keluhan warga di dukuh itu. Pada pagi harinya, terang dia, bidan desa langsung ke lokasi dan warga yang bergejala itu masih hidup.

Wisnu bersama Camat juga langsung ke lokasi. Sehari sebelumnya warga bersangkutan masih terlihat sehat.

“Saat hendak disuapin ternyata warga itu meninggal dunia. Sebelumnya, bidan desa sudah berpesan kalau ada gejala supaya langsung dibawa ke rumah sakit,” ujarnya.

Melebihi Ketentuan Protap

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, dr. Hargiyanto, menyampaikan warga dukuh di wilayah Jetis itu angel atau sulit ditangani karena sebelumnya tidak percaya dengan Covid-19.

Hargiyanto mengatakan penanganan pasien yang isolasi mandiri itu sudah sesuai protap bahkan melebihi ketentuan protap. Dia sendiri yang datang ke lokasi memberi obat-obatan dan peralatan protokol kesehatan sampai membentuk posko.

“Dalam prosedurnya memang tidak diperiksa setiap hari apalagi kondisinya terpapar Covid-19. Di Technopark pun tidak diperiksa setiap hari tetapi dipantau kesehatan. Di Jetis itu juga dipantau kesehatannya terus oleh bidan desanya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya