SOLOPOS.COM - Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Ustaz Wahyudin (tengah), memberi keterangan kepada wartawan di ponpes setempat, Senin (3/9/2012), terkait dua orang terduga kasus penembakan di Solo, beberapa waktu lalu. (Foto: Farid Syafrodi/JIBI/SOLOPOS)

Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Ustaz Wahyudin (tengah), memberi keterangan kepada wartawan di ponpes setempat, Senin (3/9/2012), terkait dua orang terduga kasus penembakan di Solo, beberapa waktu lalu. (Foto: Farid Syafrodi/JIBI/SOLOPOS)

JAKARTA–Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Solo, kerap dikait-kaitan dengan kasus terorisme yang ada di Indonesia. Pengurus pesantren ini merasa terzalimi dan dirugikan dengan segala tudingan dan tuduhan tersebut.

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

“Kami tidak rela ada upaya penzaliman tuduhan terorisme. Kami selalu dikaitkan, kalau ada alumni yang melakukan dikaitan ke pesantrennya, padahal banyak juga alumni universitas yang melalukan pelanggaran,” kata Direktur Pondok Pesantren Islam Al Mukmin, Ngruki, Ustad Wahyudin dalam jumpa pers di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Kamis (13/9/2012).

Pertemuan dengan wartawan itu digelar di ruangan pers yang terletak di lantai dasar Masjid Istiqlal. Pada jumpa pers itu Wahyudin didampingi oleh Wamenag Nasaruddin Umar dan sekitar lima orang alumni Ponpes Al Mukmin.

Wahyudin mengatakan, jumpa pers yang diadakan di Masjid Istiqlal sebagai bentuk tanggung jawab terhadap santri, alumni dan juga kepada wali santri. Hal ini disebabkan alumni pesantren Ngruki sudah tersebar di banyak wilayah.

“Kalau ada pencitraaan buruk kami khawatir menggangu mereka dan ini tanggung jawab kami kepada wali santri itu lah yang mendorong kami,” kata Wahyudin yang mengenakan jas hitam dan kopiah hitam ini.

Wahyudin menilai terlalu banyak kepentingan dalam kasus terorisme sehingga penanggananya banyak yang tidak tepat. “Tentunya penangan harus proporsional, tapi kalau tujuannya terselubung pasti dampaknya akan susah dihadapi,” kata pria berkacamata ini.

Ketika ditanya mengenai penanganan yang proporsional, Wahyudin mempertanyakan apakah harus terduga teroris langsung dihabisi. “SOP-nya apa memang begitu ? Bahwa yang teridikasi langsung dihabisi? Seperti misalnya di Ciputat kami dengar mereka langsung ditembak,” kata Whayudin yang berjanggut putih ini.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya