Solopos.com, SUKOHARJO -- Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengadakan pelatihan cek fakta dan kebersihan digital dengan tema Penguatan Literasi Digital Pesantren sebagai Upaya Mewujudkan Masyarakat Cerdas Anti Hoaks. Pelatihan digelar oleh Riset Grup Komunikasi Strategis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS.
Pelatihan dilangsungkan Sabtu (29/8) di Best Western Premier Solo Baru. Dalam rilis yang diterima Solopos.com, Ketua Kegiatan yang juga dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS, Andre Rahmanto, Jumat (11/9), mengatakan pelatihan diikuti oleh sekitar 19 perwakilan dari berbagai pondok pesantren di Soloraya. Pelatihan dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan. Seperti penggunaan masker, hand sanitizer dan jaga jarak antar peserta.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Pemateri dalam pelatihan itu Pemimpin Redaksi Solopos, Rini Yustiningsih yang juga merupakan trainer cek fakta dari Google News Initiative. Materi lainnya yakni tentang optimalisasi media sosial untuk pesantren yang disampaikan oleh Monika Sri Yuliarti yang juga dosen FISIP UNS Solo.
Andre mengatakan kalangan di pondok pesantren baik itu santri, pengajar maupun pengelola juga membutuhkan literasi digital. Ada tiga kategori pemanfaatan internet di kalangan pesantren. Pertama, pesantren yang memanfaatkan internet sepenuhnya biasanya untuk menunjang aktivitas pesantren, baik untuk keperluan administrasi maupun untuk keperluan belajar-mengajar.
Kedua, pesantren yang memanfaatkan internet secara parsial, yakni hanya untuk keperluan administrasi saja, sementara santri secara umum tidak diperkenankan untuk mengakses internet kecuali jika mendapatkan izin dari pengasuh dan pengurus pesantren.
Ketiga, pesantren yang sama sekali tidak memanfaatkan ataupun menyediakan fasilitas internet, baik untuk keperluan administrasi maupun kegiatan pembelajaran.
“Informasi lewat jaringan internet kan masif. Ada yang lewat perpesanan maupun media sosial. Harapannya dengan pelatihan ini, kalangan di pondok pesantren tidak begitu saja percaya dan membagi ulang pesan atau informasi yang belum terbukti kebenarannya,” ujarnya.
Andre Rahmanto mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan memberikan bekal kepada pengelola pondok pesantren untuk agar memiliki kompetensi literasi digital yang lebih baik.
“Harapannya setelah mengikuti kegiatan ini peserta menjadi lebih kritis, tidak menjadi konsumen maupun produsen hoax dan segala bentuk disinformasi- misinformasi. Untuk itu dalam pelatihan ini peserta dilatih menggunakan metode pengecekan kebenaran informasi (fact checking) melalui berbagai tools.”
Andre menambahkan, kegiatan pelatihan diawali dengan penjelasan tentang urgensi literasi digital bagi pesantren serta materi optimalisasi media sosial untuk manajemen pesantren. Kemudian dilanjutkan dengan pelathan teknis fact checking dan digital hygiene. “Peserta diberikan pelatihan teknis sehingga bisa langsung praktek melakukan pengecekan apakah sebuah informasi hoax atau bukan. Dengan begitu mereka akan lebih punya kemampuan menyeleksi sebuah informasi.”
Sampai akhir kegiatan peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi pelatihan dan berkomitmen untuk menerapkan.
Salah satu peserta pelatihan, Machrus Ali dari Pondok Pesantren Daarul Hidayah mengatakan pelatihan ini sangat bermanfaat. “Harapan kami ada tindak lanjut dari pelatihan ini. Jangan sampai berhenti di sini,” usulnya.
Menanggapi hal ini, Andre mengatakan harapannya keterampilan cek fakta yang didapat dari pelatihan ini bisa disosialisasikan di kalangan pesantren lainnya. Selanjutnya mereka akan menjadi agen literasi digital yang dapat memberikan pemahaman pada lingkungan terdekatnya.
Selain pelatihan fact checking, kegiatan PKM ini juga akan ditindaklanjuti dengan pembuatan modul literasi digital untuk kalangan pesantren serta pendampingan ke beberapa pesantren.