SOLOPOS.COM - Bripka Eka Diah Paswari saat menjalankan tugas misi perdamaian pertama di Republik Afrika Tengah. (Istimewa/Dok Bripka Eka Diah)

Solopos.com, SOLO — Anggota Satlantas Polresta Solo, Bripka Eka Diah Paswari, 32, mewakili Indonesia dalam misi Minusca yakni misi perdamaian oleh Perserikatan Bangsa Bangsa atau PBB. Bripka Eka Diah bertugas kedua kalinya di negara konflik Republik Afrika Tengah.

Kapolresta Solo, Kombes Pol Ade Safri Simanjuntak, kepada Solopos.com, Minggu (30/5/2021) mengaku bangga, anggota Polresta Solo dapat mewakili Indonesia dalam misi perdamaian dunia oleh PBB. Bripka Eka Diah merupakan salah satu personel terbaik Polresta Solo yang dipercaya untuk menjalankan misi itu.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Ia berharap pengalaman Bripka Eka Diah dapat menjadi bekal dalam mengembangkan cara berpikir untuk mendukung pelaksanaan tugas kepolisian.

Baca Juga: Ruas Tol Jawa Tengah Masuk Uji Coba Transaksi Nirsentuh

“Para anggota Polwan selalu saya tanamkan tiga hal sebagai sosok Bhayangkara sejati. Pertama, cantik dan menawan dalam penampilan. Kedua, perkasa dan satria dalam kinerja. Lalu, gemilang dalam prestasi,” papar dia.

Bripka Eka Diah mengatakan 3 Maret 2019 hingga 28 September 2020 lalu, ia sukses menjalankan misi pertamanya.

“Sekarang sudah berangkat lagi, ini saya sudah di Republik Afrika Tengah. Negara ini bekas jajahan Prancis. Secara umum situasi kondisi di Afrika Tengah sering terjadi konflik bersenjata antara pemerintah dengan armed group. Kami bertugas sesuai dengan mandat dari PBB yaitu protection of civilian dan capacity building kepada para polisi maupun gendarmerie lokal,” papar dia.

Ia menambahkan Bripka Eka dalam tugas perdamaian itu, mendampingi dan memberi pelatihan polisi lokal. Termasuk menjaga keamanan masyarakat dalam armed mission itu.

Pada tahun lalu, Bripka Eka bertugas di Staf Logistik atau Logistic Officer. Ia bertugas mengurus berbagai kebutuhan logistik, transportasi dan teknologi informasi untuk UNPOL. Saat ini ia masih menjalani karantina sebelum memperoleh induction training sebelum penempatan tugas baru.

Meskipun pernah bertugas, induction training itu bersifat sangat wajib untuk memahami kondisi konflik di sana. “Awal kontrak pasti satu tahun dulu di sini. Kalau perpanjangan nanti harus meminta izin dari Mabes Polri,” papar dia.

Menurutnya, situasi di Repbulik Afrika Tengah sangat tidak bisa terprediksi. Beberapa kali ada konflik dari kelompok bersenjata meskipun saat ini cenderung reda. Ia menambahkan jam malam berlaku di lokasi konflik itu. Termasuk ada beberapa lokasi yang dilarang untuk UN Staf.

Baca Juga: 2 Rumah di Masaran dan Jenar Sragen Terbakar

“Adaptasi cuaca cenderung sama dengan Indonesia. Tidak terlalu dingin atau panas. Sehari-hari kami menggunakan bahasa Perancis sebagai bahasa utama dan bahasa Inggris,” papar Bripka Eka.

Ia mengaku meskipun sudah memiliki bekal bahasa Perancis, terkadang bahasa menjadi kendala sendiri. Aksen bahasa Perancis warga Afrika sedikit berbeda.

Menurutnya, singkong dan pisang makanan pokok di Republik Afrika Tengah. Beras cukup sulit ditemukan di sana. Sehingga, harus kreatif untuk mengolah masakan menjadi khas Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya