SOLOPOS.COM - Pengunjung memadati Sunday Market Manahan, Minggu (28/8/2016) pagi. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Solopos)

Meski dilarang, PKL Sunday Market Solo nekat berjualan di luar Stadion Manahan.

Solopos.com, SOLO — Belasan pedagang kaki lima (PKL) nekat berjualan di Jl. Menteri Supeno, tepatnya di sekitar pintu utara kompleks Stadion Manahan Solo saat kegiatan Sunday Market, Minggu (18/9/2016) pagi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu PKL, Iwan, 35, mengaku nekat berjual di luar kompleks Stadion Manahan karena frustasi. Selama berjualan makanan di dalam kompleks Stadion Manahan, dia merugi. Iwan merupakan salah satu PKL Sunday Market yang telah memperoleh lapak di dalam kompleks Stadion Manahan, namun tidak strategis.

“Saya sudah dapat lapak, namun lokasinya di tengah taman, tidak strategis untuk berjualan. Sedikit sekali pengunjung yang lewat di depan saya. Dagangan tidak laku sama sekali. Mau pindah ke lapak lain, tidak diperbolehkan petugas. Akhirnya saya nekat pindah ke sini [tepi Jl. Menteri Supeno],” kata Iwan kepada Solopos.com, Minggu.

Iwan menyadari berjualan di tepi Jl. Menteri Supeno telah melanggar ketentuan dari Pemerintah Kota (Pemkot) Solo. Meski demikian, dia berencana tetap berjualan di sekitar pintu utara kompleks Stadion Manahan tersebut selagi menunggu kesempatan lain. Iwan meminta solusi dari Pemkot untuk menyediakan lapak di dalam komples Stadion Manahan yang strategis.

“Sementara saya mau di sini [tepi Jl. Menteri Supeno] dulu. Belum ada rencana lain. Kalau kembali berjualan di dalam, saya yakin dagangan tidak akan laku. Semoga pemerintah memperhatikan nasib kami. Setidaknya mereka mengizinkan kami berjualan di luar stadion selama tidak ada lapak baru lebih strategis yang bisa digunakan PKL,” jelas Iwan.

Iwan mengetahui lapaknya di dalam kompleks Stadion Manahan akan diberikan kepada PKL lain apabila tidak dimanfaatkan selama dua pekan kegiatan Sunday Market, Minggu (18/9/2016) dan Minggu (25/9/2016). Namun, dia tidak khawatir dengan aturan tersebut karena yakin PKL lain yang menempati lapaknya di tengah taman juga tidak akan betah.

“Banyak pedagang yang mengeluh sudah dapat lapak, tapi tidak berada di lokasi yang strategis. Pedagang ingin pemerintah menyediakan lapak baru di lokasi lain. Lapak baru tersebut bisa digunakan untuk para pedagang yang berani melapor karena dagangannya tidak laku. Percuma kalau dapat lapak dan bisa berjualan tapi dagangan tidak laku sama sekali,” ujar Iwan.

Pantauan Solopos.com, bukan hanya PKL makanan atau jajan yang nekat berjualan di tepi Jl. Menteri Supeno, melainkan juga PKL yang menjajakan sepatu. Aktivitas belasan PKL PKL di tepi jalan tersebut mengganggu arus lalu lintas. Sering kali pengendara sepeda motor berhenti tanpa parkir di tengah jalan saat membeli makanan maupun minuman pada PKL.

Sementara itu, PKL Sunday Market, Retno Hapsari, 34, menyampaikan keinginan untuk tidak lagi berjualan di kompleks Stadion Manahan karena tidak mendapatkan lapak sesuai kebutuhan. Dia hanya memperoleh lapak berukuran 2 meter persegi untuk berjualan pakaian. Luas lapak tersebut jauh lebih kecil ketimbang luas lapak sebelum penataan yang mencapai 8 meter persegi.

“Saya ikut pendaftaran gelombang pertama. Saya langsung dapat lapak tapi hanya 2 meter persegi. Lapak sempat saya pakai untuk berjualan. Ternyata tidak cukup. Barang dagangan tidak bisa dipamerkan. Tidak laku sama sekali. Saya menyerah. Sudah beberapa kali datang ke agenda pendaftaran lanjutan tapi tetap tidak diberikan lapak tambahan atau lebih besar,” kata Retno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya