SOLOPOS.COM - Warung PKL di Gang RC. Prof. Dr. Soeharso tepatnya di timur RSUD Dr. Moewardi, Jebres, Solo. (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO – Warung PKL di Gang RC. Prof. Dr. Soeharso tepatnya di timur RSUD Dr. Moewardi, Jebres, Solo, menyebabkan masalah. Kondisi jalan di gang tersebut semakin sempit lantaran menjadi pusat keramaian keluarga pasien dan pegawai RS yang mencari makanan.

Gang yang begitu ramai pada pagi hingga malam hari membuat warga setempat enggan untuk melintasi jalan tersebut. Padahal, jalan tersebut pernah menjadi jalan utama untuk menuju Gang RC. Prof. Dr. Soeharso.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Alhasil, Pemkot Solo berencana menertibkan PKL yang memadati gang tersebut. Pedagang Kaki Lima (PKL) yang tidak punya izin diberi tenggat waktu hingga 30 Juni 2020 untuk pindah dari kawasan tersebut.

Ozy Syahputra Jajal Jadi Youtuber

Ekspedisi Mudik 2024

Kepala Subbag Hukum dan Humas RSUD Dr.Moewardi Solo, Eko Haryati, mengatakan Satpol PP telah melakukan koordinasi dengan rumah sakit mengenai penertiban PKL. Ia mendapatkan penjelasan mengenai area yang bebas dari PKL.

“Dulu kami dirikan bangunan untuk sekitar 20an PKL. Kami sudah memiliki food court dan tidak ada rencana menambah area food court lagi,” ungkapnya, Jumat (21/2/2020).

Kabar penertiban di sekitar RSUD Dr. Moewardi Solo telah diterima PKL setempat. Salah satu pedagang, Ny. Eko, mangklaim para pedagang yang tidak mendapatkan tempat di lahan milik rumah sakitlah yang mengganggu akses warga.

“Saya lebih memilih berjualan di area luar rumah sakit karena banyak pembeli dari berbagai daerah. Kalau berjualan di food court aturannya ketat dan biaya tempat yang selalu meningkat,” ujarnya.

Nekat Susur Sungai Sempor, Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Sleman: Kalau Mati di Tangan Tuhan

Wanita berusia 50 tahun tersebut telah berjualan lebih dari 10 tahun di sekitar RSUD Dr. Moewardi Solo. Ia yang berjualan jus dan toko kelontong bisa mendapatkan omzet lebih dari Rp1 juta per hari.

Sementara itu, pemilik gerai pulsa, Eko, mengaku belum mendapatkan informasi penataan PKL. Ia yang baru memulai usaha tiga bulan belakangan belum dapat berkomentar banyak mengenai rencana Pemkot Solo.

“Tiga hari lalu sudah ada petugas yang mengukur bangunan. Tapi enggak kasih informasi,” ungkapnya.

Awalnya, keberadaan PKL yang menganggu akses pejalan kaki membuat manajemen rumah sakit mendirikan bangunan pada sisi timur rumah sakit untuk tempat berdagang. Kini, bangunan itu ditempati sekitar 20-an PKL.

Warga Pindah, Pasar Pahingan Peninggalan Belanda di Wonogiri Mati

Perkembangan rumah sakit berdampak positif bagi ekonomi para PKL. Akibatnya, banyak PKL dari luar daerah yang ikut mengais rezeki di sana. Mereka merenovasi bangunan hingga jalanan semakin sempit.

“Dulu banyak sekali pejalan kaki dan jalan bisa dilalui bus menuju RC. Saking sempitnya jalan, pihak RC menutup akses jalan secara permanen pada awal 2000,” terang Ketua RT 003 RW 028 Kelurahan Jebres, Sumramto, kepada Solopos.com, Jumat (21/2/2020).

Perkembangan RS berdampak pada ekonomi PKL. Mereka pun merenovasi bangunan yang disediakan pihak RSUD Dr. Moewardi Solo tersebut yang membuat jalanan semakin sempit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya