SOLOPOS.COM - Pengurus Guyub Bebeng mengecek kondisi mata air Bebeng di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DIY, Kamis (2/12/2021). (Istimewa/Guyub Bebeng)

Solopos.com, KLATEN – Pipa induk dari mata air Bebeng, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY, di lereng Gunung Merapi rusak akibat diterjang banjir lahar hujan, Rabu (1/12/2021) sore. Kejadian itu membuat pasokan air untuk 15.000 jiwa di lereng Gunung Merapi wilayah Klaten dan Sleman macet.

Kaur Perencanaan Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Jainu, mengatakan pasokan air dari Bebeng macet sejak Rabu sekitar pukul 16.00 WIB. Sebelumnya, hujan deras mengguyur wilayah puncak dan lereng Merapi yang mengakibatkan banjir lahar hujan di sejumlah sungai yang berhulu di gunung tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Pada Rabu sekitar pukul 16.00 WIB ada banjir yang sebelumnya tidak pernah terjadi di Kali Bebeng. Kemungkinan kemarin akibat hujan deras, tanah di lereng Merapi banyak yang longsor dan membendung sungai. Karena tanahnya tidak kuat, akhirnya mengakibatkan banjir yang besar melewati Bebeng,” kata Jainu, Jumat (3/12/2021).

Baca Juga: 3 Kali Disambar Petir, Radio Komunitas Lintas Merapi Off Siaran

Akibat banjir itu, pipa induk sepanjang 500 meter rusak dan hanyut terbawa banjir. Kondisi itu membuat saluran air Bebeng yang dimanfaatkan warga empat desa di dua provinsi itu macet. Warga pemanfaat air Bebeng yakni warga Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY serta warga Desa Balerante, Sidorejo, dan Panggang di Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah.

“Air sementara tidak bisa dimanfaatkan sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Pengguna air Bebeng ada sekitar 15.000 jiwa dan pengguna paling banyak ada di Klaten,” kata Jainu yang juga pengurus Guyub Bebeng.

Jainu menuturkan pengurus sudah menggelar rapat darurat membahas macetnya saluran air Bebeng itu. Untuk membikin air dari Bebeng bisa disalurkan lagi, dibutuhkan pipa pengganti.

Baca Juga: Membumikan Lagi Wahyu Merapi Pacul Goweng, Rias Pengantin Khas Boyolali

Selain itu, pembersihan dan perbaikan demi mendapatkan sumber air harus menerjunkan alat berat. “Sesuai estimasi kami, dana yang saat ini dimiliki paguyuban tidak mencukupi. Estimasi kasar kebutuhannya sekitar Rp200 juta. Oleh karena itu, desa yang ada di Sleman berkoordinasi dengan BPBD Sleman. Sementara, kami yang ada di Klaten akan berkoordinasi dengan BPBD Klaten,” kata Jainu.

Macetnya pasokan air dari Bebeng dibenarkan salah satu warga Dukuh Mbangan, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Sukiman. Lantaran air dari Bebeng macet, warga sementara waktu menggunakan air hujan. “Selama ini, kami memanfaatkan air dari Bebeng dengan iuran untuk pengganti biaya operasional dan perawatan. Kalau di wilayah kami per meter kubik Rp4.000,” kata dia.

Kabid kedaruratan dan Logistik BPBD Klaten, Rujedi Endro Suseno, mengatakan ada sekitar 10.000 jiwa warga Klaten yang terdampak terputusnya pasokan air dari Bebeng. “Kami sudah laporan ke pimpinan. Dengan hasil rapat dari paguyuban kemarin, ya harus mengganti pipa yang rusak. Segera dirapatkan untuk duduk bersama menyelesaikan ini,” kata Rujedi.

Baca Juga: Banjir Lahar Dingin Merapi Terjang Kali Bebeng, 1 Pengemudi Truk Hilang

Mata air Bebeng selama ini menjadi andalan warga empat desa di lereng Merapi antara Klaten dan Sleman. Pada erupsi Merapi 2010 lalu, mata air Bebeng sempat tertutup material vulkanik. Setelah dilakukan penggalian, aliran air dari Bebeng bisa dinikmati lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya