SOLOPOS.COM - Almarhum Kopda Muslimin dan istrinya, Rina Wulandari (Istimewa)

Solopos.com, SEMARANG — Masih ingat kasus anggota TNI di Semarang yang menyuruh pembunuh bayaran untuk melakukan penembakan terhadap istrinya, beberapa waktu lalu?

Anggota TNI yang diketahui bernama Kopda Muslimin itu memang telah meninggal dunia setelah menenggak racun. Sementara, sang istri, Rina Wulandari, yang jadi sasaran pembunuhan bisa selamat setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kendati demikian, kondisi Rina saat ini terbilang memperihatinkan. Ia harus kehilangan satu organ akibat percobaan pembunuhan itu hingga rentan terserang penyakit.

Ekspedisi Mudik 2024

Hal itu diungkaapkan dr Uva Utama, yang merupakan saksi forensik kasus percobaan pembunuhan terhadap Rina Wulandari. Dokter RSUP dr Kariadi Semarang yang dihadirkan di Pengadilan Negeri (PN) Semarang dalam kasus percobaan pembunuhan terhadap istri anggota TNI itu mengungkapkan jika Rina harus kehilangan organ limpa akibat peristiwa penembakan yang terjadi di depan rumahnya, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.

Menurut Uva, Rina sebelumnya menjalani perawatan di rumah sakit swasta yang ada di Banyumanik, sebelum akhirnya dikirim ke RSUP Dr Kariadi. “Sebelum perutnya dibedah kami lakukan visum dan kemudian dilakukan operasi,” jelasnya.

Uva melanjutkan, dalam pemeriksaan terhadap Rina, ia mendapati beberapa jahitan di perut bekas operasi di rumah sakit sebelumnya. “Jahitan itu berada di sisi kanan, kiri, dan tengah di perut. Sebelah kanan ada dua luka, kiri dua luka, dan tengah ada satu luka,” sambungnya.

Selain organ luar, kata Uva, organ bagian dalam yakni lambung dan hati korban juga dijahit. Uva juga menemukan ada satu organ dalam Rina yang dibuang yakni limfatik atau limpa.

“Limfa ini berfungsi untuk menghasilkan sel darah putih dan menyimpan sel darah merah. Organ itu sudah diambil saat kami buka,” kata Uva lagi.

Uva menerangkan rusaknya limpa korban adalah akibat adanya benda luar yang mengenai organ itu. Sementara jika tidak diangkat, organ tersebut bisa menyebabkan pendarahan.

“Korban bisa sembuh bisa beraktivitas. Tetapi korban tidak bisa beraktivitas seperti sebelumnya karena satu dii antara organ tubuh diangkat. Jadi rentan terkena penyakit,” tegas Uva.

Rina juga disebutnya harus memakai alat bantu pernapasan di tenggorokan setelah tidak bisa bernafas melalui hidung akibat tragedi itu. “Jadi jalur pernafasan harus membolongi lewat tenggorokan. Kondisi korban semakin membaik dan sudah sadar. Namun kondisi korban itu lemas akibat pengangkatan limpa. Hal ini menyebabkan daya tubuhnya kurang baik, dampaknya dia sering terserang sakit flu atau batuk pilek,” bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya