SOLOPOS.COM - Ilustras Pilkada Wonogiri (Solopos-Whisnupaksa K.)

Solopos.com, WONOGIRI — Kedua pasangan calon bupati-calon wakil bupati Wonogiri hanya melaksanakan lima kali kampanye pertemuan terbatas selama November. Jumlah itu jauh lebih sedikit dari pada Oktober 2020 lalu.

Informasi yang dihimpun Solopos.com dari Bawaslu Wonogiri, Senin (30/11/2020), tim pemenangan pasangan cabup-cawabup nomor urut satu, Hartanto-Joko Purnomo atau Harjo menggelar dua kali kampanye pertemuan terbatas dan satu kali konsolidasi kader partai/kegiatan nonkampanye.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ini Alasannya Tidak Boleh Makan Saat Emosi dan Stres

Sementara, tim pemenangan pasangan cabup-cawabup nomor urut dua, Joko Sutopo-Setyo Sukarno atau Josss melaksanakan tiga kali kampanye pertemuan terbatas. Pada bulan itu kubu Josss lebih banyak menggelar konsolidasi kader partai. Tim pemenangan tercatat melaksanakan 34 kali konsolidasi. Kedua kubu sampai November juga tak menggelar kampanye dalam jaringan atau online.

Hingga Senin itu Bawaslu tak mendapat tembusan pemberitahuan digelarnya kampanye di sisa masa kampanye, yakni 1-5 Desember. Bawaslu hanya menerima pemberitahuan satu kali kegiatan konsolidasi PAC PDIP di Baturetno pada Selasa (1/12/2020) ini. PDIP merupakan satu dari tiga partai pengusung Josss.

Sebagai informasi, selama Oktober lalu kubu Harjo tercatat menggelar 10 kali kampanye pertemuan terbatas. Kubu Josss menggelar 15 kali kampanye pertemuan terbatas. Alhasil, jumlah kampanye kubu Harjo selama Oktober-November sebanyak 12 kali, sedangkan kampanye kubu Josss sebanyak 18 kali.

Pada bagian lain, jumlah konten berunsur kampanye yang diunggah di media sosial tak jauh berbeda. Tim pemenangan Harjo selama Oktober-November tercatat mengunggah lima konten, sedangkan Josss memosting 39 konten. Seluruh konten itu diunggah di empat akun medsos kampanye Harjo dan 10 akun medsos kampanye Josss.

Pelanggaran

Ketua Bawaslu Wonogiri, Ali Mahbub, menyampaikan tim pengawas menemukan dugaan pelanggaran yang dilakukan Camat Giritontro, Fredy Sasono, lima kepala desa di kecamatan tersebut, dan enam anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara atau KPPS.

Mereka terpantau menghadiri konsolidasi PAC PDIP Giritontro. Namun, tindakan mereka tak memenuhi unsur pidana pilkada. Kepada wartawan Fredy, kades, dan KPPS menyatakan mereka hadir karena diundang, bukan untuk memberi dukungan.

“Selain temuan itu belum ada temuan lainnya. Kampanye berjalan lancar. Meski konsolidasi bukan kampanye tetapi tetap kami awasi,” kata Ali saat dihubungi Solopos.com.

Sebelumnya, Ketua Tim Pemenangan Harjo, Suparmo, mengatakan pihaknya menggelar kampanye dengan pendekatan personal. Kampanye model itu dijalankan dengan cara bersilaturahmi dengan tokoh masyarakat dan warga. Politikus Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB itu menilai pendekatan tersebut efektif untuk mendapatkan simpati masyarakat.

Sumur Bantuan BBWSBS di Krendowahono Karanganyar Gagal, Kenapa?

Sementara itu, Ketua Tim Pemenangan Josss, Sriyono, mengatakan pihaknya menghindari kampanye tatap muka. Hal itu untuk menghargai upaya para tenaga kesehatan atau nakes dan Satuan Tugas atau Satgas dalam memutus rantai penularan Covid-19.

Kalau pun ada pertemuan, hal tersebut bukan kampanye, melainkan rakor internal. Sebenarnya banyak warga yang ingin didatangi Josss. Namun, tim pemenangan tak mengabulkan permintaan tersebut agar tak terjadi kerumunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya