SOLOPOS.COM - Pengacara sekaligus politisi, Henry Indraguna (kiri), berbagi cerita dan pengalamannya di studio siaran Solopos FM, di Griya Solopos, Jumat (20/12/2019). (Solopos-M. Ferri Setiawan)

Solopos.com, SOLO -- Konstelasi politik menjelang bergulirnya pemilihan kepala daerah (Pilkada) Sukoharjo kian memanas. Figur potensial bermunculan sebagai bakal calon bupati dan wakil bupati dari PDIP.

Berikut wawancara wartawan Solopos, Bony Eko Wicaksono dengan salah satu bakal calon Bupati Sukoharjo, Henry Indraguna yang Jumat (20/12/2019) mengunjungi Griya Solopos.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mengapa Anda berniat maju sekaligus di Pilkada Solo dan Pilkada Sukoharjo?

Saya dibesarkan di Solo saat duduk di bangku SMP dan SMA. Hati kecil yang paling dalam saya ingin memberikan kontribusi untuk Kota Solo. Sementara lokasi Sukoharjo tidak jauh dari Kota Solo yang memiliki potensi investasi yang menjanjikan pada masa depan. Lahan kosong di Sukoharjo masih luas.

Apa latarbelakang Anda ikut meramaikan bursa cabup PDIP di Pilkada Sukoharjo?

PDIP merupakan partai pemenang pemilu yang memiliki peluang paling besar dalam Pilkada Sukoharjo. Saya faham karakteristik dan permasalahan yang dihadapi masyarakat Sukoharjo.

Saya blusukan dan berinteraksi langsung dengan masyarakat saat sosialisasi pemilu legislatif (Pileg) 2019 selama hampir tujuh bulan. Saya mendengar jeritan dan tangis rakyat kecil. Hati saya tergerak untuk membantu mereka.

Henry Indraguna (Solopos-M. Ferri Setiawan)

Bagaimana dinamika politik menjelang pelaksanaan Pilkada Sukoharjo?

Saya mendaftar bakal cabup di DPP PDIP di Jakarta. Atas arahan kader partai senior, saya diminta melakukan survei untuk mengetahui tingkat elektabilitas dan popularitas setiap figur. Baru saya yang melakukan survei, figur lainnya belum. Semua figur memiliki peluang sama, tidak ada bedanya kader partai lama dan baru.

Bagaimana persiapan Anda mengikuti uji kelayakan di DPD PDIP Jateng?

Saya tipikal orang hati dan mulut pasti sama. Yang ingin saya tekankan sebagai calon pemimpin yakni berkomitmen menolak korupsi. Oleh karena itu, saya
tidak mau mengeluarkan biaya politik yang nilainya puluhan miliar rupiah. Jika menjadi kepala daerah pasti ingin mengembalikan modal dengan segala cara.

Apa strategi Anda untuk menyiasati biaya politik yang mahal?

Lebih baik saya tidak mencalonkan diri jika biaya politik sampai Rp50 miliar. Daripada saya menjadi pemimpin namun mengkhianati hati rakyat karena melakukan korupsi. Tak masalah jika biaya politik dalam batas kewajaran. Jika sampai puluhan miliar saya tidak bersedia.

Menurut Anda, siapa kompetitor paling kuat dalam perebutan rekomendasi?

Biarkan struktural DPP PDIP yang menganalisa setiap figur. Kemudian memutuskan yang mendapat rekomendasi partai untuk bersaing dengan kandidat lain dalam pilkada. Saya sendiri siap mengadu visi dan misi serta program kerja dengan figur lain.

Seandainya Anda dipasangkan dengan Etik Suryani atau Purwadi yang sama-sama maju sebagai cabup?

Sebagai kader PDIP, saya tegak lurus dengan instruksi partai. Tidak masalah dipasangkan dengan Etik atau Purwadi asalkan benar-benar melaksanakan program pro rakyat. Saya tidak gila jabatan. Saya tidak gila kekayaan. Banyak persoalan dan pekerjaan rumah yang harus ditangani pemerintah.

Selain antikorupsi, program apa yang ditawarkan kepada masyarakat?

Saya ingin mendongkrak sektor ekonomi kreatif dengan menciptakan badan usaha milik rukun tetangga (RT). Setiap RT ada unit usaha yang dikelola secara mandiri oleh warga setempat.

Hal ini juga bisa menanamkan jiwa kewirausahaan dan pemberdayaan masyarakat secara optimal. Jika badan usaha milik RT terbentuk otomatis berimplikasi positif pada perekonomian daerah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya