SOLOPOS.COM - Petani dari Pegunungan Kendeng menggelar aksi unjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (13/2/2018). (JIBI/Solopos/Antara/Wahyu Putro A.)

Pilkada atau tepatnya Pilgub Jateng 2018 diwarnai klaim cagub yang mendapatkan dukungan warga Samin.

Semarangpos.com, SEMARANG — Dukungan politik kalangan Sedulur Sikep atau kelompok penganut ajaran Samin Surosentiko menjadi idaman peserta Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pigub) Jawa Tengah (Jateng) sebagai rangkaian pemilihan umum kepala daerah (pilkada) serentak 2018. Bahkan, klaim atas dukungan warga Samin dipublikasikan luas demi meraup simpati calon pemilih.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Publikasi adanya warga Samin yang mendukung salah satu pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur peserta pilkada atau tepatnya Pilgub Jateng 2018 menyulut bantahan dari keluarga tokoh Sedulur Sikep atau kelompok penganut ajaran Samin Surosentiko itu di Undaan, Kabupaten Kudus. Sebagaimana dipublikasikan Kantor Berita Antara, Senin (26/2/2018), Sedulur Sikep tidak akan merestui peserta Pilgub Jateng yang tidak mau melestarikan Pegunungan Kendeng.

“Siapa pun calonnya, jika memang tidak mau melestarikan Pegunungan Kendeng di Jateng dan tidak bisa membuktikan apa yang menjadi janjinya, tentunya tidak akan dipilih oleh keluarga besarnya,” kata warga Sedulur Sikep, Gunarti, yang didampingi ayahnya, Wargono, yang merupakan tokoh Sedulur Sikep di Desa Karangrowo, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, Jateng.

Ia menginginkan pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur yang terpilih dalam pilkada atau Pilgub Jateng 2018 merupakan figur yang bersedia melestarikan Pegunungan Kendeng sekaligus berkomitmen menjaga Jateng sebagai lumbung pangan. Pada kesempatan tersebut, dia juga menegaskan bahwa sikapnya itu bukan mewakili warga Samin secara keseluruhan, melainkan mewakili keluarga besarnya.

Bahkan, lanjut Gunarti selaku warga kelahiran Desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kudus yang kini menetap di Desa Wotan, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati itu menegaskan bahwa kakeknya saat masih hidup memang berpesan agar berupaya menjaga kelestarian Pegunungan Kendeng. Keberadaan Pegunungan Kendeng tersebut, lanjut dia, sesuai dengan pesan kakeknya nantinya tidak hanya untuk kepentingan lumbung pangan masyarakat sekitar, tetapi juga untuk lumbung pangan masyarakat se-Nusantara.

Terkait dengan adanya warga Samin yang mendukung calon gubernur incumbent atau petahana Ganjar Pranowo, dia mengaku cukup memahami politikus PDI Perjuangan itu. “Saya juga harus memahami dia. Pemahaman terhadap dia dibuktikan lewat tindakannya terhadap penyelamatan Pegunungan Kendeng serta menganggap dia sebagai saudara,” ujarnya.

[Baca juga Bantah Tolak Pabrik Semen Kendeng, Warga Samin Kudus Dukung Ganjar]

Karena Ganjar Pranowo dianggap sebagai saudaranya, kata dia, dirinya tetap menaruh perhatian dan mengingatkan atas kebijakan-kebijakannya yang menyangkut masyarakat luas. “Jika menanamnya sudah buruk, hasil di kemudian hari tentunya juga buruk,” ujarnya.

Kesempatan bertemu Ganjar Pranowo di rumah ayahnya, kata Gunarti, dirinya ingin menyampaikan sesuatu yang terpendam. Namun, melihat respons calon gubernur Jateng yang kurang berkenan tersebut, akhirnya tidak disampaikan. “Saya memilih untuk menyampaikannya kepada istri Ganjar yang sejak awal berangan-angan bicara secara pribadi karena sebagai perempuan tentu lebih mudah memahami,” ujarnya.

Sebelumnya, dia bermimpi bertemu ibundanya Ganjar Pranowo yang meminta dirinya untuk mengingatkan Ganjar Pranowo agar dalam mengambil kebijakan lebih berhati-hati. “Jangan sampai memiliki kesalahan yang cukup besar. Lebih baik sumeleh atau menerima atas keinginan warga yang tidak menginginkan adanya pabrik semen,” ujarnya.

Apalagi, lanjut Gunarti, menirukan pembicaraan dengan almarhumah ibundanya Ganjar Pranowo bahwa uang masih bisa dicari, sedangkan gunung tidak bisa dibuat. Terkait dengan kehadiran Ganjar Pranowo bersama istrinya, kata Gunarti, hanya ingin menepati janjinya bertemu ayahnya tanpa embel-embel lainnya.

Sementara itu, Ganjar Pranowo menegaskan bahwa pabrik semen di Pati sudah diputuskan oleh mereka dan sampai hari ini belum berjalan dan di Rembang juga belum berjalan. “Pabrik di Rembang juga meminta izin dijalankan. Namun, belum saya izinkan karena masih menunggu keputusan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS),” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, dia juga mengungkapkan adanya moratorium pabrik semen setahun yang lalu dengan batas waktu yang belum ditentukan demi menjaga keseimbangan tersebut.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya