SOLOPOS.COM - Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta dan Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah. (Suara.com/M Yasir)

Solopos.com, SOLO — Politikus dan pendiri Partai Gelora Fahri Hamzah menentang kampanye pemerintah yang ingin menanggulangi radikalisme. Bahkan, mantan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menuding isu radikalisme adalah proyek aparat keamanan.

“[isu] Radikalisme itu proyek aparat keamanan,” kata Fahri Hamzah dalam program Mata Najwa yang disiarkan langsung Trans7 pada Rabu (20/11/2019) malam. Fahri mengutip berbagai teori konspirasi yang pernah tertulis dalam buku-buku di Amerika Serikat dan menurutnya sudah usang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“FBI [Federal Bureau of Investigation/ lembaga investigas AS] sendiri sudah menghentikan itu. Tapi kita ada yang berlebihan,” kata Fahri mengkritik kampanye antiradikalisme pemerintah.

Menurutnya, publik perlu kembali mengingat keinginan Presiden Jokowi tentang rekonsiliasi seluruh elemen bangsa pasca-Pemilu 2019 dan pembangunan ekonomi dengan meningkatkan pendapatan perkapita rakyat Indonesia lebih dari USD2.000 perbulan.

Ekspedisi Mudik 2024

“Jadi kalau saya lihat Presiden itu bukan tidak mau jalankan ide besar, tapi tidak suka pada ide besar. Jadi ini yang berpengaruh adalah orang-orang di sekitar Presiden. Jangan Presiden itu diajak berantem sama kita terus,” kata Fahri.

Fahri mencontohkan adanya teguran pimpinan KPK terhadap pegawai KPK karena telah mengundang Ustaz Abdul Somad untuk berceramah pada Selasa (19/11/2019) lalu. Alasannya, kata Fahri, Somad dianggap sebagai penceramah radikal.

“Kalau itu dianggap radikal, saya ini juga lebih radikal,” kata Fahri dengan nada tinggi. “Isu radikalisme itu kan baru saja.”

Fahri Hamzah Ungkap Kelemahan Jokowi: Dia Tak Tertarik Ide Besar!

Ucapan Fahri ini memancing perdebatan di forum tersebut. Politikus PDIP, Andreas Hugo Pareira, yang juga hadir dalam forum yang sama, membantah teori-teori konspirasi yang dilontarkan oleh Fahri. Menurutnya, radikalisme sebagai gagasan dan teror sebagai aksi adalah fakta.

“Saya paham betul ada penjelasan-penjelasan dalam teori konspirasi, seolah-olah ini ada rekayasa. Kita tahu bahwa radikalisme dan teror itu fakta,” kata Andreas.

“Lha ini ustaz-ustaz yang Anda larang ceramah di masjid itu dianggap radikal,” balas Fahri.

Ustaz Abdul Somad di KPK: Tak Guna Ibadah Jika Aniaya Orang & Makan Haram

Pernyataan itu ditimpali oleh politikus Partai Nasdem, Irma Suryani Chaniago. “Radikalisme itu lama, sejak era reformasi karena semua orang ingin bebas. Maka inilah perlunya penegakan hukum,” kata dia.

“Satu lagi, yang menegur [pegawai KPK] itu pimpinan KPK. Dan pimpinan KPK bukan bagian dari eksekutif, catat itu.”

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya