SOLOPOS.COM - Seorang sesepuh petani Suparno (tengah) memetik batang padi untuk mencari padi pengantin di hamparan sawah Mbah Ageng di Kampung Candi Baru, Kelurahan Plumbungan, Karangmalang, Sragen, Rabu (25/5/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN–Puluhan petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Ngudi Luhur Plumbungan, Karangmalang, Sragen, menggelar tradisi petik padi untuk mengawali panen raya pada hamparan sawah seluas 30 hektare, Rabu (25/5/2022).

Petik padi tersebut dilanjutkan kenduri sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah dan terbebas dari hama tikus dan hama lainnya.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Petik padi dilakukan sesepuh petani, Suparno. Ada 12 batang yang dipetik kemudian dibagi menjadi dua prosesi.

Petik pertama sebanyak enam batang yang daunnya diikat kelabang disebut padi pengantin laki-laki.

Ekspedisi Mudik 2024

Petik kedua sebanyak enam batang juga dengan daun dikelabang disebut padi pengantin perempuan.

Baca Juga: Bisa Panen Padi 4 Kali Setahun, Ini Serba-Serbi Pertanian IP 400

Padi pengantin itu dibungkus kain dan diberi wangi-wangian bunga mawar kemudian diletakkan di dekat nasi tumpeng gudangan.

Padi pengantin itu secara simbolis diserahkan kepada Lurah Plumbungan Puryanto dan selanjutnya diserahkan kepada petani untuk didoakan.

Para petani menggelar terpal dan tikar sebagai alas di jalan usaha tani di hamparan sawah Mbah Ageng di Kampung Candi Baru, Plumbungan.

Di tempat itu mereka menggelar kenduri bersama sebagai wujud syukur atas panen yang melimpah. Para penebas dan tukang membajak tanah sebagai mitra para petani ikut bergabung di dalamnya.

Sesepuh petani, Suparno, kembali diminta untuk mengikrarkan hajat para petani untuk memulai (wiwitan) panen raya dengan adat tradisi Jawa.

Baca Juga: Menteri Pertanian Panen Padi IP 400 Kualitas Ekspor di Weru Sukoharjo

“…Dinten Rebu Legi nika dipun petil, dipun pendet ngantenan, mugi-mugi ingkan dipun petil ugi ingkal metil selamet boten wonten alangan setunggal punapa-punapa… [Hari Rabu Legi ini dipetik, diambil untuk pengantin. Semoga yang dipetik dan yang memetik selamat tidak ada gangguan aral melintang]…. kata Suparno.

Setelah diikarkan kemudian didoakan dan nasi tumpeng tersebut dibagikan kepada seluruh petani yang datang untuk dimakan bersama.

Para tamu undangan dari penyuluh pertanian lapangan (PPL) se-Kecamatan Karangmalang dan Pemerintah Kelurahan Plumbungan ikut serta makan bersama para petani.

Ketua Poktan Ngudi Luhur Plumbungan, Suharno, menerangkan tradisi petik padi ini sebenarnya sudah berlangsung sejak dua tahun terakhir.

Dia mengatakan tradisi ini mulai luntur dan hilang sehingga para petani bersepakat untuk menghidupkan kembali tradisi para leluhur sebagai wujud syukur kepada Tuhan.

Dia menerangkan biasanya tradisi petik dilakukan setiap anggota di sawahnya masing-masing. Sejak musim panen I yang lalu, jelas dia, tradisi petik padi ini dilakukan secara bersama-sama serentak.

“Anggota Kelompok Tani Ngudi Luhur itu ada 50 orang. Sebagian orang hadir dalam tradisi petik ini yang dilakukan dengan semangat gotong-royong. Yang memasak nasi, membuat gudangan, yang menyiapkan pisang, dan seterusnya disiapkan petani secara gotong-royong. Tradisi ini merupakan kearifan lokal dan kebudayaan Jawa yang adiluhung sehingga perlu dilestarikan,” jelasnya.

Suharno optimistis hasil panen pada musim panen II ini bisa mencapai 2,7 ton atau 2,8 ton per patok. Hasil panen ini, jelas dia, lebih banyak bila dibandingkan hasil panen musim panen I, awal Januari 2022 lalu yang hasilnya rata-rata 2,5 ton per patok.

“Alhamdulillah, tidak ada hama tikus maupun hama wereng. Hasil panennya bagus karena hampir tidak ada padi yang roboh,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya