SOLOPOS.COM - Ilustrasi pupuk bersubsidi (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah petani di Wonogiri mengeluhkan pembatasan pembelian pupuk subsidi, Selasa (17/5/2022). Hal itu justru dinilai menyulitkan petani dalam memperoleh pupuk.

Salah seorang petani asal Garon, Kelurahan Kaliancarm Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Mujiono, 55, mengatakan sejak dicanangkannya program kartu tani hanya mendapat jatah satu sak pupuk NPK. Padahal, luas sawah yang digarap mencapai lima bahu. Idealnya, lima bahu sawah membutuhkan lima sak pupuk.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kartu tani justru menjadi program yang memberatkan para petani. Fungsi pupuk yang membantu pertumbuhan tanaman agar berkembang maksimal, tak dapat dilakukan,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (17/5/2022).

Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Lingkungan Garon, Kelurahan Kaliancar, Tri Widodo, 46, mengatakan keluhan yang dialami Muji merupakan hal wajar dan sering ditemui saat bertransaksi pupuk ke petani lainnya. Selama ini, pembelian pupuk subsidi melalui kartu tani diserahkan pengelolaannya kepada Gapoktan.

Widodo, sapaan akrabnya, menyampaikan Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) pernah memberikan solusi terkait dampak penggunaan kartu tani. Namun solusi tersebut belum dapat diterima baik oleh para petani.

Baca Juga: Waduh! Pemuda Wonogiri Emoh Jadi Petani

“Dispertan menyarankan pembelian pupuk nonsubsidi. Sedangkan harga pupuk nonsubsidi kini jauh lebih mahal [mahalnya harga pupuk nonsubsidi dan tenaga yang dikeluarkan petani dinilai tak sebanding dengan hasil yang diperoleh],” ucapnya.

Kepala Dispertan Wonogiri, Baroto Eko Pujanto, tak memungkiri persoalan pupuk yang kini dialami para petani. Keterbatasan kuota pupuk subsidi melanda di seluruh kota/kabupaten di Indonesia.

“Kebutuhan pupuk yang ditebus melalui Gapoktan itu disusun berdasarkan RDKK [Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok]. Rencana itu lalu diajukan ke pemerintah pusat dan kami diberi kuota pupuk. Tetapi perbandingan yang didapat tak sebanding. Misal kebutuhannya 100, tapi dapatnya hanya 40,” katanya.

Baca Juga: Agrowisata Tani Manunggal Selogiri Wonogiri Ajak Anak Muda Bertani

Ke depan, ia bakal menggeser penggunaan pupuk pabrikan ke pupuk organik. Selain mengatasi permasalahan pupuk pabrikan yang terbatas, program itu juga ditujukan menciptakan pertanian yang ramah lingkungan.

Pupuk organik juga ditujukan menuju sistem pertanian modern, yakni ramah lingkungan dan berkreasi memenuhi kebutuhan sendiri.

“Semua sudah disediakan oleh alam. Gunakan potensi yang ada dan kami sudah mengedukasi semua petani. Termasuk pada penggunaan pestisida. Kami punya pestisida nabati yang tidak membahayakan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya