SOLOPOS.COM - Petani dari lereng Merapi mengeringkan hasil panen tembakau mereka di Pasar Sapi Jelok, Boyolali, Sabtu (13/8/2022). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, Boyolali — Petani tembakau yang tinggal di lereng Merapi mulai turun ke wilayah pusat Kota Boyolali berburu lahan kosong untuk mengeringkan irisan tembakau saat musim panen tiba, Sabtu (13/8/2022).

Salah satu lokasi yang menjadi tujuan para petani untuk menjemur tembakau adalah Pasar Sapi Jelok. Pasar tersebut sepi sejak adanya penutupan karena karena Penyakit Mulut dan Kulit (PMK).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kini, Pasar Jelok Boyolali dimanfaatkan warga untuk mengeringkan hasil panen petani tembakau. Petani tembakau asal Cepogo, Almahesa salah satunya. Ia mengeringkan hasil panen tembakau di Pasar Sapi Jelok Boyolali.

“Di atas kalau sudah mendung, awan nya ngga mau hilang, jadi mendung rata. Kalau mau menjemur tembakau selalu turun ke dataran rendah dulu,” kata dia.

Ekspedisi Mudik 2024

“Karena kalau tembakau kan pengeringan nya harus sekali selesai biar kualitasnya bagus,” kata Almahesa saat di temui wartawan pada Sabtu (13/8/2022).

Baca juga: Tembakau Aman, Warga Selo Boyolali Siap Sambut Panen Raya

Almahesa menerangkan, setiap tahun ia selalu mengeringkan tembakau di area yang mendekati Kota Boyolali, seperti Pasar Sapi Jelok dan Indrokilo. “Kami baru dua kali ke sini, kemarin dan hari ini. Tahun sebelumnya ke Indrokilo,” ucapnya.

Numpang mengeringkan tembakau tidaklah gratis. Per satu pikap dikenai biaya Rp20.00. Almahesa mengeluhkan biaya yang dikeluarkan selama pengeringan tersebut.

“Biaya retribusi pemakaian lahan dikenai Rp20.000 untuk satu pikap. Sedangkan sekali angkut menggunakan pikap dari rumah sendiri habis Rp50.000. itu saja pikap nya milik sendiri, kalau sewa pasti lebih mahal,” ucap dia.

Bersama kedua rekannya yang juga petani tembakau, Almahesa tiba di Pasar Sapi Jelok Boyolali pukul 08.00 WIB. Selama sehari penuh, ia menunggu keringnya tembakau di gubuk yang berada di pinggir area pengeringan.

“Pengeringan tembakau memakan waktu enam hingga depan jam. Kami menunggu sampai sore jam [pukul] 16.00 WIB,” ucap dia.

Baca juga: Ribuan Buruh dan Petani Tembakau di Batang Terima BLT DBHCHT

Hal yang sama juga dilakukan warga asal Cepogo lainnya, Sukati. Sukati menjelaskan petani saat musim panen tembakau berebut lahan pengeringan yang dekat.

“Saya ke Pasar Sapi Jelok ini baru pertama kali, biasanya saya ke Sunggingan sana yang lebih jauh dan udah di sewa, ini kebetulan dapat sini,” ucap nya saat ditemui wartawan, Sabtu (13/8/2022).

Satu rigen atau bambu untuk menjemur tembakau bisa memuat satu hingga dua kilogram rajangan tembakau. Ia membawa 50 rigen untuk sekali angkutan pikap.

Sambil menunggu tembakau kering, Sukati menunggu di gubuk  dekat Pasar Sapi Jelok Boyolali untuk meneduh. Dalam satu kali panen, ia mengaku bisa mendapat puluhan juta. “Satu kali musim panen saya bisa dapat omzet Rp10 juta,” ucap dia.

Baca juga: 1.273 Buruh Pabrik Rokok Karanganyar Dapat BLT Rp300.000/Bulan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya