SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Solopos.com) – Petani di Kecamatan Banyudono, Boyolali, berencana membentuk asosiasi petani tembakau tingkat kecamatan, sebagai langkah untuk penguatan kegiatan petani terutama saat proses penanaman hingga pascapanen tembakau. Pembentukan asosiasi itu diharapkan tidak berbenturan dengan kelompok tani yang sudah terbentuk dengan SK bupati.

Demikian mengemuka dalam pelatihan peningkatan penguatan petani tembakau se-Kecamatan Banyudono di Balaidesa Bangak, Banyudono, Selasa (31/5). Salah seorang petani Wardjono mengatakan dengan adanya pembentukan lembaga atau asosiasi itu diharapkan mampu memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi para petani dalam menanam tembakau. Selain itu, juga untuk memberikan posisi tawar yang lebih baik terhadap petani dalam memasarkan hasil tembakau ditingkat pabrikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Terutama dalam penjualan hasil tembakau. Dengan adanya asosiasi itu diharapkan mampu memberikan penguatan bagi petani terhadap hasil produksi itu sendiri, terutama tentang harga jualnya,” ujarnya. Selain itu, dengan asosiasi itu bisa menjadi ajang komunikasi antarpetani tembakau dalam proses pembibitan hingga pemasaran ke pabrik rokok.

Menanggapi hal itu, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) pertanian Kecamatan Banyudono, Sunoto mengatakan tidak ada masalah dengan adanya pembentukan lembaga atau asosiasi petani tembakau di tingkat kecamatan. Namun pembentukan itu tidak boleh berbenturan dengan kelompok tani yang sudah berdiri sebelumnya sesuai dengan SK Bupati. “Jangan sampai bentrok dengan kelompok tani yang sudah ada. Meski nantinya anggotanya juga tergabung dalam kelompok tani yang sudah ada,” papar dia.

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Boyolali Teguh Sambodo mengatakan pihaknya mendukung upaya pembentukan asosiasi petani tembakau hingga tingkat kecamatan. Pasalnya, selama ini, asosiasi itu baru terbentuk ditingkat kabupaten. “Asosiasi itu diharapkan mampu menjadi daya saing petani tembakau dalam menjual hasil tembakaunya. Selain itu, ada kemitraan dengan pihak ketiga, nantinya akan memberikan keuntungan bagi petani tembakau sendiri,” jelas dia.

Selama ini, jelas Teguh, belum ada asosiasi petani tembakau di Boyolali di tingkat kecamatan, terutama di kecamatan penghasil tembakau terbesar di Boyolali. Hanya, jelas Teguh, baru ada tujuh kendaraan operasional bagi kecamatan penghasil tembakau terbesar di Boyolali yang pembeliannya diambilkan dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) 2011.

Sementara, Sri Widodo dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pengelolaan Pasar (Disperindagsar) Boyolali dalam paparannya mengatakan tembakau asepan di Boyolali merupakan salah satu produk potensial yang dimiliki Boyolali. Hal itu, ditandai dengan adanya nama merek dagang tembakau asepan Boyolali yang diekspor dengan merek BOYI DFC Tobacco (Boyolali Dark Fire Curred).

Meski demikian, imbuh Widodo, muncul berbagai permasalahan tentang tembakau, antara lain mutu tembakau yang ditentukan secara tidak seragam dan umumnya dilakukan sepihak oleh pabrikan. “Penerapan SNI tembakau juga belum sesuai dengan yang diharapkan, karena sifatnya masih sukarela. Selain itu, ketidakseragaman penilaian mutu tembakau itu juga terjadi di kalangan industri rokok, karena yang bersifat rahasia dan spesifik dalam pencampuran ramuan rokok,” tukas dia.

fid

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya