SOLOPOS.COM - Penanda jebakan lisrik untuk tikud di sawah kawasan Tanon, Sragen. (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN – Tanaman padi berumur 35 hari menghijau, nyaris tak ada batang yang pupus. Tanaman padi seluas 2.000 meter itu milik Sunardi, 55, warga Dukuh Tanjungsari RT 006, Desa Kecik, Tanon, Sragen.

Tanaman padi milik Sunardi terhitung selamat dari serangan tikus. Padahal, ratusan hektare tanaman padi di Sragen terdampak serangan hama tikus yang meraja lela. Sekitar 1,5 bulan lalu sempat dilakukan gropyokan massal selama dua hari dan berhasil mendapat 3.000 ekor tikus di lahan pertanian desa ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gropyokan dilakukan karena ada stimulan dari Pemerintah Desa (Pemdes) Kecik yang membeli tikus hasil tangkapan senilai Rp1.000/ekor.Pemandangan kontras terlihat pada sawah seluas satu patok milik Muh. Djazairi yang terletak di samping sawah Sunardi.

Tanaman padi yang berumur 70 hari itu tumbuh hampir sama tinggi dengan tanaman padi Sunardi yang baru berumur 35 hari. Bahkan padi Djazairi tidak utuh, banyak yang bolong-bolong karena mati dimakan tikus.

Ekspedisi Mudik 2024

Sementara tanaman padi di bagian pinggir parit terlihat pupus daunnya karena dimakan tikus. Serangan paling ganas menyerang sawah milik Djazairi di dekat jalan desa. Tanaman padi berumur 70 hari menjadi seperti baru saja ditanam karena ludes dimakan tikus.

Padi di lahan Sunardi selamat karena dia tidak putus asa membasmi tikus. Sunardi menggunakan aneka cara hingga akhirnya menemukan cara efektif untuk mencegah tikus memakan tanaman padi, yakni dengan memasang kawat beraliran listrik.

“Saya sudah mencoba banyak cara, dari obat tetes atau racun tikus, lem tikus, jebakan, dan hingga akhirnya pakai listrik. Pakai racun dan lem tikus itu kenanya hanya pas kali pertama karena pada kali kedua tikus sudah hafal. Akhirnya, saya pasang listrik berkeliling sawah,” ujar Sunardi saat berbincang dengan Solopos.com di kediamannya, Senin (16/12/2019).

Sunardi menyadari pemasangan jebakan listrik di sawah berisiko terhadap kematian seseorang. Sebagai konsekuensinya, Sunardi harus menunggui sawahnya selama listrik dihidupkan. Guna menandai ada aliran listrik, Sunardi memasang lampu pada setiap sudut sawah.

Listrik tersebut dialirkan lewat kawat kecil yang dipasang berjarak 50 cm dari pematang sawah dengan ketinggian sekitar 10 cm dari permukaan tanah.

“Saat pasang pertama dapat 32 ekor tikus, kemudian 24 tikus, dan terakhir dapat lima ekor tikus. Ya, berkurang tetapi berkurangnya itu karena mati atau beralih ke tempat lain tidak tahu. Setiap malam tetap saya tunggui saat listrik dialirkan. Saya mengambil listrik dari jaringan perumahan karena sawah saya kebetulan dekat rumah penduduk,” ujar Sunardi.

Sunardi menyampaikan, seumur hidup baru kali ini ada serangan tikus yang luar biasa. Selama sepekan terakhir, Sunardi sudah mendapat 140 ekor tikus.

Petani di Dukuh Sambirejo RT 008, Desa Kecik, Tanon, Suwandi, 58, menyebut ada 30 petani di Kecik yang memasang jebakan listrik di sawah. Jaringan listrik pada jebakan itu, diambil dari yang digunakan untuk pompa air listrik.

“Saya tidak berani menggunakan setrum listrik karena takut risikonya. Listriknya itu tegangan tinggi karena dari jaringan PLN langsung dialirkan ke sawah,” katanya.

Di Ngrampal juga terjadi serangan tikus. Seorang petani, Lik Man, warga Tanjang, Kedungupit, Sragen, sering menggunakan senapan angin untuk menembak tikus saat malam hari.

Beberapa waktu lalu, Man bisa menjual tikus tangkapannya dengan harga Rp5.000 per ekor kepada pemilik lahan. Tetapi belakangan Man hanya meminta imbalan seikhlasnya.

“Sekarang seikhlasnya karena hujan belum merata dan petani masih nyedot air dengan biaya mahal. Kasihan kalau tikus hasil tangkapan dihargai Rp5.000,” ujarnya, Selasa (17/12/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya