SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani menggunakan mesin pompa air. (dok.Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI – Kalangan petani di wilayah Kecamatan Selogiri ancang-ancang memanfaatkan mesin pompa air untuk mengairi lahan pertanian menjelang puncak musim kemarau. Biaya operasional pengoperasian mesin pompa ditanggung para petani secara patungan.

Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau di wilayah Wonogiri diprediksi pada Agustus-Oktober. Debit sumber air menyusut drastis saat musim kemarau. Pasokan air dari Dam Colo, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo mulai berkurang sejak awal Juli.

Promosi Siap Mengakselerasi Talenta Muda, Pegadaian Lantik Pengurus BUMN Muda Pegadaian

Praktis, para petani di Wonogori hanya mengandalkan air sumur dalam untuk mengairi lahan pertanian. Mereka mengoperasikan mesin pompa air untuk menyedot air sumur dalam yang langsung dialirkan ke areal persawahan.

Baca juga: Lagi Isoman, Warga Wonogiri bisa Dapatkan Sembako Gratis dengan Cara Ini

“Sekarang pasokan air ke lahan pertanian sangat minim karena sumber air mulai mengering. Kami harus memanfaatkan mesin pompa air saat tak ada lagi pasokan air ke sawah,” kata seorang petani asal Desa Jaten, Darminto, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (23/7/2021).

Biasanya, para petani di Wonogiri membentuk kelompok saat mengoperasikan mesin pompa air. Biaya operasional ditanggung anggota kelompok tani secara patungan. Uang patungan digunakan untuk membeli solar yang menjadi bahan bakar mesin pompa. “Ada yang menyumbang Rp20.000, ada juga Rp25.000. Uang patungan digunakan untuk membeli solar,” ujar dia.

Pompa air itu menyedot air sumur dalam yang berada di sekitar areal persawahan. Selanjutnya, pasokan air akan dialirkan ke lahan pertanian milik para petani secara bergiliran. Pasokan air dari mesin pompa menjadi andalan para petani selama musim kemarau.

Baca juga: 3 Dosen UNS Meninggal Dunia, Ini Kata Sang Rektor

Sumur Dalam

Di daerah Selogiri, Wonogiri, sebagian petani menggunakan pompa air untuk mengairi saluran irigasi persawahan. Terdapat sumur dalam di beberapa lokasi yang digunakan sebagai sumber irigasi persawahan.

“Wilayah Selogiri merupakan daerah lumbung padi di Wonogiri. Luas lahan pertanian di Selogiri lebih dari 2.000 hektare,” ujar dia.

Baca juga: Misteri Warga Newung Hilang Saat Cari Pasir Bengawan Solo

Senada diungkapkan petani lain asal Desa Kaliancar, Tarmijo, Wonogiri. Tak ada pasokan air ke lahan pertanian saat pintu saluran air Dam Colo ditutup selama sebulan pada awal Oktober. Penutupan pintu saluran air merupakan kegiatan rutin untuk pemeliharaan bangunan Dam Colo. Pintu saluran air kembali dibuka pada awal November.

Para petani mengandalkan mesin pompa air untuk mengairi lahan pertanian saat musim kemarau. “Sebagian lahan pertanian tak ditanami padi alias bera lantaran tak mendapat pasokan air. Namun, sebagian lahan pertanian tetap diolah karena mendapat pasokan air kendati sangat minim saat musim kemarau,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya