SOLOPOS.COM - Petani Madiun menunjukkan umbi porang yang masih lengkap dengan batang dan spora. (Damar Sri Prakoso)

Ekspedisi Tol Trans Jawa

Solopos.com, MADIUN -- Tim Ekspedisi Tol Trans Jawa yang digelar Solopos Group bekerja sama dengan Jasa Marga telah sampai di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Rabu (28/4/2021). Sesampainya di Madiun, tim ekspedisi langsung menuju desa petani porang di Desa Pajaran, Kecamatan Saradan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Gerbang tol Madiun, Jawa Timur. (Abdul Jalil)

Desa ini berada tidak jauh dari akses Tol Trans Jawa. Bahkan salah satu rest area 626 Saradan Jalan Tol Trans Jawa berada di Desa Pajaran.
Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Desa Pajaran, Wisdianto, 41, mengatakan keberadaan akses Jalan Tol Trans Jawa sangat memberikan manfaat kepada masyarakat Desa Pajaran. Terutama bagi para petani porang.

Sejak jalan tol Trans Jawa ini beroperasi, kata dia, produksi porang dari Desa Pajaran lebih mudah didistribusikan. Porang hasil panen petani bisa segera dikirimkan ke pabrik-pabrik porang yang ada di Surabaya.

“Setelah ada jalan tol ini tentunya semakin cepat ya akses transportasinya. Selain itu juga menghemat biaya dan efisiensi waktu,” kata dia saat ditemui di kawasan hutan, Rabu sore.

Pria yang akrab disapa Antok ini menyampaikan keberadaan jalan tol ini juga mempermudah orang dari luar kota yang ingin belajar tentang pembudidayaan porang untuk datang ke desanya. Dia mengaku banyak warga dari luar kota bahkan luar pulau yang datang ke Desa Pajaran untuk belajar tentang budi daya porang.

“Dampaknya memang tidak secara langsung. Tetapi, keberadaan jalan tol ini tentu membuat warga dari luar kota yang ingin datang ke Pajaran, jadi punya alternatif. Minimal mereka tidak kesulitan untuk mencari jalan menuju desa ini,” terang dia.

Antok menyampaikan porang saat ini menjadi salah satu tanaman yang banyak dikembangkan oleh warga Pajaran. Di desanya ada sekitar 700 petani porang. Ratusan petani itu menanam porang di lahan seluas 800 hektare.

Kebun benih porang di Desa Pajaran, Saradan, Madiun. (Damar Sri Prakoso)

Tanaman porang kini menjadi salah satu tanaman paling banyak ditanam karena nilai jualnya sangat tinggi, bisa mencapai Rp10.000 per kilogram umbi porang.

Seorang petani porang dari Desa Pajaran, Damiyanto, mengaku senang kini porang memiliki harga jual tinggi. Pada tahun-tahun sebelumnya, umbi porang hanya dihargai sangat murah sekali.

Untuk saat ini, tanaman porang memang sudah tidak tumbuh karena dalam masa ripah atau masa istirahat. Untuk menandai porang yang sudah siap panen apa belum, petani biasanya menandai dengan memasang tali rafia di umbinya.

“Jadi sebelum masa ripah, biasanya bagian umbi dipasangi rafia. Ini sebagai tanda bahwa porang itu siap untuk dipanen,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya