SOLOPOS.COM - Petani ikan nila, Suryanto, memberi pakan ke benih-benih ikan nila yang dibudidayakan di WGM Wonogiri, Senin (30/5/2022). Sejumlah petani ikan di WGM Wonogiri lebih memilih fokus ke pembenihan dibandingkan pembesaran menyusul tingginya harga pakan ikan. (Istimewa/Suryanto)

Solopos.com, WONOGIRI — Kenaikan harga pakan ikan yang tidak dibarengi kenaikan harga jual ikan mengakibatkan para petani pembesaran ikan di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri memilih menjalankan usaha pembenihan ikan. Usaha tersebut dinilai lebih menguntungkan karena biaya produksi dan tenaga yang dikeluarkan lebih rendah.

Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Dislapernak) Wonogiri, Wuryaningsih, memaklumi fenomena beralihnya para petani ikan menjadi usaha pembenihan tersebut. Hal itu sebagai upaya menekan biaya produksi pembesaran ikan yang terus merangkak naik setiap tahun. Biaya produksi pembenihan jauh lebih rendah dibandingkan pembesaran ikan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kenaikan harga pakan ikan terjadi pada level nasional. Pemerintah tidak bisa mengintervensi mengatur harga pakan ikan. Pemerintah hanya bisa memberi pengertian kepada para pengusaha pakan ikan agar tetap menstabilkan harga. Sehingga tidak terlalu memberatkan pembudidaya ikan.

“Tidak ada regulasi yang melarang para petani ikan untuk beralih usaha apapun. Termasuk beralih pada usaha pembenihan ikan. Sebenarnya usaha budi daya ikan di WGM tidak bisa menjadi pekerjaan pokok. Melainkan sebagai pekerjaan sampingan. Hal itu mengingat keuntungan yang didapat tidak terlalu banyak. Hanya, pemerintah akan tetap mendampingi mereka,” kata Catur saat ditemui Solopos.com, Selasa (31/5/2022).

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri telah berusaha menekan biaya produksi para petani dengan memberikan bantuan mesin pembuat pelet atau pakan ikan. Namun hal itu tidak berjalan optimal. Kualitas pakan yang diproduksi mandiri tidak sebaik pakan pabrikan. Sehingga petani tetap memilih menggunakan pakan pabrikan.

Baca Juga: Revitalisasi WGM Wonogiri Dinilai Dapat Tingkatkan Jumlah Pengunjung

Bahan baku pembuat pelet yang langka dan mahal, serta kualitas sumber daya manusia yang tidak memadai dinilai menjadi penyebab mengapa produksi pakan mandiri tidak berjalan optimal. Pakan ikan membutuhkan protein tinggi yang didapatkan dari ikan laut, jagung, dan bahan lain. Selain itu, dibutuhkan orang yang benar-benar ulet dan tangguh jika ingin produksi pakan ikan secara mandiri bisa optimal.

Pada pakan pabrikan, semua bahan baku pembuatan pakan sudah tersedia dengan baik. Pabrik sudah memiliki resep menghasilkan pakan ikan yang berkualitas. Peralatan yang digunakan pun lebih canggih.

“Hal itu jauh berbeda dengan pakan yang diproduksi mandiri. Misalnya, proses pembuatan pakan ikan memerlukan pemanasan. Pada pakan yang diproduksi mandiri, proses pemanasan menggunakan sinar matahari. Sedangkan pada pabrikan, proses pemanasan menggunakan oven, kadar air pada pakan ikan pabrikan tetap terjaga,” jelas dia.

Dislapernak mendorong para petani pembenihan ikan agar memiliki sertifikat cara pembenihan ikan yang baik (CPIB). Tujuannya agar benih yang diproduksi petani di WGM sudah terjamin mutu dan kualitasnya. Hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan membeli benih dari petani WGM. Benih dari WGM pun bisa bersaing di pasaran.

Baca Juga: Khidmat, Upacara HUT ke-281 Kabupaten Wonogiri Libatkan Nelayan WGM

Meski para petani sudah mengklaim benih dari WGM lebih baik dari pada benih yang didatangkan dari luar WGM, sertifikat CPIB tetap diperlukan untuk memudahkan penjualan benih dari WGM ke pasaran. Sehingga berpotensi mendapatkan keuntungan lebih besar.

“Memang tidak mudah mendapatkan sertifikat CPIB dan/atau sertifikat Cara Budi Daya Ikan yang Baik (CBIB). Di Wonogiri pun masih sangat sedikit. Tapi kami akan mendorong para pelaku usaha perikanan untuk memiliki sertifikat itu. Walaupun tidak mudah, kami akan mengarah ke sana. Setiap tahun kita mengusulkan kelompok atau perorangan untuk mendapatkan sertifikat tersebut,” ujar Catur.

Berpotensi Menurun

Beralihnya sejumlah petani pembesaran ikan ke pembenihan ikan berpotensi menurunkan jumlah produksi ikan di Wonogiri. Namun penurunannya tidak signifikan. Pun Dislapernak terus berupaya memunculkan kelompok-kelompok petani ikan di Wonogiri setiap tahunnya.

Menyoal bantuan untuk para petani pembenihan ikan, Pemkab Wonogiri tidak mengalokasikan anggaran bantuan kepada petani ikan di tahun 2022 dan 2023.
Anggaran Pemkab masih dialihkan untuk penanganan Covid-19.

Baca Juga: Harga Ikan Goreng Oleh-Oleh di WGM Wonogiri Naik 50% saat Lebaran

Terlebih, pemerintah menganggap petani ikan di WGM merupakan petani ikan yang secara ekonomi telah stabil dan mampu sehingga program bantuan tidak terlalu dibutuhkan. Jika pun ada bantuan untuk para petani ikan, pemerintah akan memprioritaskan para pembudidaya ikan kolam di darat.

Petani pembenihan ikan di WGM, Budi Hardono, mengatakan pemerintah bakal memberikan bantuan usaha ke para petani pembenihan ikan. Bantuan tersebut bertujuan menekan biaya pengeluaran kelompok jala apung di WGM.

“Kalau bisa kami diberi bantuan seperti waring roll dan indukan ikan. Itu akan sangat membantu kami para petani ikan di WGM,” ujar Budi.

Pelatihan

Seorang petani ikan WGM lain, Suryanto, merasa senang dan mendukung apabila pemerintah memfasilitasi para petani mendapatkan sertifikat CPIB dan CBIB. Ia juga berharap pemerintah mengadakan pelatihan-pelatihan. Selama ini, ia hanya mendapatkan informasi melalui melalui internet.

Baca Juga: Nelangsa, Nelayan WGM Wonogiri Sambat Tangkapan Ikan Turun Drastis

“Saya justru senang kalau ada program sertifikasi, seperti CPIB itu. Asalkan pemerintah memfasilitasi hal tersebut tentu akan kami dukung,” kata Suryanto, saat dihubungi Solopos.com, Rabu (1/6/2022) sore.

Suryanto menilai dengan adanya pembenihan ikan di WGM akan meningkatkan produktivitas ikan di Wonogiri. Angka harapan hidup benih di WGM jauh lebih tinggi dibandingkan benih yang didatangkan dari luar WGM.

Benih dari luar WGM memiliki tingkat kematian hingga 50 persen lebih saat dipindahkan ke WGM karena perlu adaptasi. Sementara, benih yang dari awal di WGM tingkat kematiannya sangat sedikit.



“Petani berpeluang dapat memanen ikan dalam jumlah besar,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya