SOLOPOS.COM - Ilustrasi membajak sawah. (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi membajak sawah. (Dok/JIBI/SOLOPOS)

WONOGIRI–Beberapa petani di wilayah Kabupaten Wonogiri mulai mengeluhkan kelangkaan solar selama beberapa hari ini. Padahal, solar tersebut diperlukan untuk bahan bakar mesin traktor pembajak sawah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Bahkan, jika  kelangkaan  terus berlanjut, petani tak segan menggeruduk SPBU sebagai salah satu aksi protes mereka kepada pemerintah.

Seperti diungkapkan Ketua Gapoktan Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Marjuni kepada wartawan, Minggu (31/3/2013). Ia mengatakan sudah dua hari terakhir, sulit mencari solar.

“Sampai sekarang belum dapat. Padahal sudah waktunya membajak. Saya sudah mencari sampai ke Ngadirojo dan Wuryantoro, tetapi tetap tidak ada. Kalau terus-terusan seperti ini, semua petani di wilayah saya akan saya ajak geruduk pom bensin [SPBU] biar ada perhatian dari pemerintah,” ujarnya.

Biasanya, Marjuni menghabiskan solar sekitar 15 liter untuk sawahnya dengan luas sekitar 3,5 hektare. Kini, ia hanya bisa menunggu hingga benar-benar mendapat solar karena belum bisa mengolah sawahnya.  Petani lainnya, Tukino, yang merupakan warga Dusun Sanggrahan, Desa Ngadirojo Kidul, Kecamatan Ngadirojo juga harus berulang kali ke SPBU untuk mengecek apakah masih ada solar atau tidak.

“Kalau siang memang tidak dapat. Jadi, adanya hanya tengah malam sampai subuh atau sampai sekitar pukul 07.00 WIB. Siangnya pasti habis lagi. Tadi pagi [Minggu], truk yang antri sejak tengah malam baru mendapat solar,” katanya.

Di sisi lain, Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Wonogiri, Mulyadi, berharap seharusnya para petani mendapat prioritas untuk mendapat solar bersubsidi.

“Petani itu kan rakyat kecil yang seharusnya mendapat prioritas untuk mendapat solar bersubsidi. Kalau seperti ini, kasihan mereka yang harus mencari solar kemana-mana. Apalagi, ini akan memasuki musim tanam lagi,” katanya, Minggu.

Terpisah, seorang pemilik SPBU di wilayah Kabupaten Wonogiri yang enggan disebut namanya membenarkan pasokan solar tersebut minim.  “Dua pekan ini, kelangkaan solar sangat terasa. Saya hanya mendapat pasokan 8.000 liter/hari, itu pun hanya dikirim dua hari sekali. Datangnya pukul 20.00 WIB dan esoknya pukul 06.00 WIB sudah habis. Padahal kebutuhan kami setiap hari mencapai 16.000 liter/hari,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Minggu.

Langganannya yang merupakan truk dan bus di sekitar kawasan SPBU miliknya, terpaksa ia sarankan untuk pulang dan akan dihubungi lagi saat pasokan solar sudah datang.  “Langganan saya yang mayoritas bus dan truk terpaksa saya suruh pulang dulu. Nanti kalau sudah datang [solar], saya akan menghubungi mereka. Saya pun berulang kali mengirimkan laporan ke Pertamina tetapi ya masih seperti ini,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah segera menindaklanjuti kelangkaan itu karena dampaknya akan semakin meluas. “Sebaiknya, pemerintah segera bertemu dengan PT Pertamina dan mengirim surat agar dampaknya tidak semakin meluas,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya