SOLOPOS.COM - Sejumlah petani menunjukkan tikus yang ditangkap saat gropyokan di areal persawahan Desa Munggur, Mojogedang, Karanganyar, Minggu (15/11/2020). (Solopos/Sri Sumi Handayani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Petugas pengendali organisme pengganggu tanaman (POPT) Kabupaten Karanganyar melarang masyarakat dan petani memasang jebakan tikus beraliran listrik. Mereka menyarankan masyarakat menggunakan teknik gropyokan serentak dan kontinu.

Koordinator POPT Karanganyar Joko Bintoro dan Petugas POPT Mojogedang Mardiyono menuturkan hal itu saat berbincang dengan wartawan seusai gropyokan tikus bersama petani Desa Munggur, Mojogedang, Minggu (15/11/2020).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ratusan petani Desa Munggur, Mojogedang, Karanganyar, itu menggropyok tikus serentak di dua lokasi, yakni Dusun Sidorejo dan Dukuh Siwalan. Hasilnya, seratusan ekor tikus tertangkap dan mati.

Aturan Baru Hajatan Pernikahan Solo: Standing Party Justru Dianggap Lebih Berbahaya, Ini Alasannya

“Kami melarang masyarakat menggunakan jebakan tikus beraliran listrik. Itu berbahaya bagi masyarakat. Banyak kasus petani meninggal karena kena jebakan aliran listrik. Selain itu, jebakan aliran listrik melanggar aturan,” tutur Joko saat berbincang dengan wartawan.

Joko menyarankan petani menggunakan strategi gropyokan tikus secara manual, menggunakan emposan, dan obat pembasmi hama tikus. Petani Munggur, Karanganyar, menggunakan tiga cara itu saat gropyokan tikus serentak, Minggu.

Emposan

Teknik pengasapan atau emposan menggunakan selang dan regulator gas. Selang dihubungkan dengan kompor kulit atau omprongan. Pada bagian depan kompor ditaruh belerang kemudian dibakar.

Tertibkan PKL Bermobil Sekitar Pasar Klewer Solo, Petugas Satpol PP Sampai Menyamar Jadi Pembeli

Asapnya dimasukkan ke dalam lubang yang diduga terdapat tikus. Mantri Tani Kecamatan Mojogedang, Jumanto, menyampaikan alat emposan menggunakan selang dan regulator elpiji lebih murah ketimbang emposan manual.

“Harganya terpaut lumayan. Selain itu, emposan manual agak merepotkan,” tuturnya saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (15/11/2020).

Joko mengingatkan masyarakat dan petani Karanganyar agar gropyokan tikus tidak berhenti sekali saja. Petani harus melanjutkan dengan memasang umpan beracun dan pengasapan.

Beat Tabrak Truk di Jalan Solo-Semarang Boyolali, 2 Orang Meninggal

Pemasangan umpan beracun dan pengasapan menyesuaikan usia padi. Umpan diletakkan di jalur yang sering dilalui tikus saat usia padi nol hari hingga 45 hari.

Umpan Beracun

“Setelah gropyokan dilanjutkan gerakan lagi. Minimal pasang umpan. Itu juga harus serentak. Mumpung bera jadi tepat untuk gerakan. Pasang makanan beracun. Itu cocok untuk mengendalikan hama selama masa vegetatif,” jelasnya.

Setelah memasuki masa generatif atau saat padi berusia 45 hari hingga panen, ia menyarankan petani Karanganyar menggunakan teknik pengasapan untuk mengendalikan hama tikus. Teknik itu ia nilai lebih efektif ketimbang menggunakan umpan beracun.

Ungkap Penggelapan Uang Rp512 Juta Milik Pedagang Pasar Kembang Solo, Polisi Selidiki Koperasi Di Sukoharjo

Petugas POPT Kecamatan Mojogedang, Mardiyono, menyampaikan hal senada. Ia mengingatkan petani menggunakan racun yang tidak membuat tikus langsung mati setelah memakan umpan beracun.

Mardiyanto menyarankan petani menggunakan racun tikus yang mengandung antikoagulan. “Petani harus pintar memilih racun. Tidak semua racun bagus. Racun yang tidak langsung mematikan sehingga tikus tidak jera umpan. Tikus mati dua sampai tiga hari setelah makan umpan beracun. Harapan kami petani banyak menggunakan cara tradisional tetapi aman dan efektif.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya