SOLOPOS.COM - Opik Mahendra (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Pandemi Covid-19 telah berlalu. Banyak hikmah yang bisa dipetik, termasuk bagi para petani. Berbagai batasan dan tantangan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat saat pandemi memunculkan ide dan strategi pembangunan pertanian pada masa yang akan datang.

Salah satu yang mencolok adalah penggunaan teknologi informasi dalam pemasaran komoditas pertanian dan pemanfaatan big data bagi kesejahteraan petani era kehidupan society 5.0, era yang meniscayakan pemanfaatan teknologi informasi dan komuikasi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Istilah dan entitas society 5.0 kali pertama dikenalkan di Jepang pada 2019. Society 5.0 merupakan perkembangan dari revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 menggunakan kecerdasan buatan (artificial intelligence) sedangkan society 5.0 fokus pada komponen teknologi dan kemanusiaan.

Definisi society 5.0 adalah kumpulan manusia yang dapat menyelesaikan berbagai tantangan dan masalah sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang lahir pada era revolusi industri 4.0. Pada era society 5.0 yang akan dihadapi nanti, tidak hanya dibutuhkan literasi dasar, namun juga kompetensi lainnya.

Kompetensi tersebut adalah berpikir kritis, bernalar, kreatif, komunikatif, kolaboratif, dan memiliki kemampuan problem solving. Karakter masyarakat yang ideal yaitu punya rasa ingin tahu, penuh inisiatif, gigih, mudah beradaptasi, memiliki jiwa kepemimpinan, memiliki kepedulian sosial, dan berbudaya.

Masyarakat diharapkan mampu menyelesaikan berbagai tantangan serta masalah sosial dengan memanfaatkan inovasi yang telah lahir pada era revolusi industri 4.0. Industri pertanian saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0 dan society 5.0 yang ditandai penggunaan mesin-mesin otomatis yang terintegrasi dengan jaringan Internet.

Tujuan di sektor pertanian adalah meningkatkan produktivitas pertanian secara efektif dan efisiensi. Adaptasi dengan kondisi pandemi serta bergulirnya teknologi revolusi industri 4.0 telah membawa perubahan yang sangat signifikan, tidak hanya pada bergesernya jenis teknologi yang kita gunakan, tetapi lebih penting lagi adalah perubahan pola pikir dan perilaku (habbit and mindset), termasuk di kalangan petani.

Sistem pertanian tidak lagi hanya dipersepsikan sebagai kegiatan bercocok tanam. Pertanian merupakan bagian sistem industri yang ditandai transformasi bahan baku (raw materials) menjadi produk pertanian (agricultural products) yang siap dimanfaatkan, memiliki nilai tambah (added value) dari aspek ekonomi, sosial, maupun lingkungan.

Sumber data yang bermanfaat dalam pertanian antara lain data cuaca, satelit remote sensing, geospasial, pengindraan jauh (drone), sensor tanah, dan kamera. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan beberapa teknik seperti pembelajaran mesin, platform berbasis cloud, pemrosesan gambar, pemodelan dan simulasi, serta sistem informasi geografis (GIS).

Data pertanian merupakan big data yang fokus pada informasi yang terkait dengan pertanian dan membutuhkan pendekatan analisis tertentu dan teknologi yang dapat mengubah data menjadi suatu nilai yang dapat diterapkan dalam pertanian.

Perilaku petani dicerminkan dalam tindakan sehari-hari dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pekerjaan. Pengembangan kapasitas petani dan kelembagaan petani diperlukan untuk meningkatkan daya saing petani dalam pengembangan sistem agrobisnis di Indonesia, apalagi pada masa pandemi dan pascapandemi seperti sekarang ini.

Kelembagaan petani yang dinamis dan adaptif diharapkan mampu mengaplikasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengelolaan dan pemanfaatan informasi serta akses ke sumber informasi secara global.

Upaya ini semakin diperlukan setelah masuk era pascapandemi Covid-19. Diperlukan terobosan pemanfaatan teknologi informasi. Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial dalam suatu komunitas.

Kelembagaan pertanian juga strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agrobisnis di perdesaan. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, pemerintah dan pemerintah daerah sesuai kewenangannya berkewajiban mendorong dan memfasilitasi terbentuknya kelembagaan petani.

Kelembagaan petani merupakan lembaga yang ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk petani, yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, dan sumber daya, kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota yang dinamakan dengan kelompok tani (poktan), gabungan kelompok tani (gapoktan), dan kelembagaan petani lainnya.

Peningkatan kapasitas kelembagaan petani bertujuan meningkatkan skala ekonomi, efisiensi usaha, dan posisi tawar petani. Sebuah kelembagaan virtual dapat digambarkan sebagai platform berbasis website untuk pembinaan petani secara berkelompok dalam aspek digital.

Sarana Produksi

Ini akan memungkinkan petani menjadi lebih terorganisasi, memaksimalkan pembagian peran, menyediakan sumber daya dan informasi pemasaran, mengintensifkan kegiatan dan interaksi, menyediakan berbagai inovasi teknologi, serta berintegrasi dengan beberapa sistem kelembagaan lainnya, seperti perbankan dalam urusan permodalan.

Kemajuan tersebut juga seharusnya dinikmati sekaligus dimanfaatkan oleh masyarakat petani dalam aktivitas berkelompok. Kelompok tani merupakan wahana paling efektif dalam menyebar informasi berupa inovasi maupun norma-norma sosial yang dikembangkan. Konsep pengembangan pertanian yang kini makin populer adalah konsep pertanian cerdas.

Petani dituntut berpikir secara inovatif dan kritis karena society 5.0 adalah masyarakat yang berpusat pada manusia yang membangun keseimbangan antara kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial. Salah satu contoh pertanian cerdas adalah smart green house dan smart irrigation system.

Konsep society 5.0 merupakan penyempurnaan dari konsep-konsep sebelumnya. Society 1.0 adalah pada saat manusia masih berada pada era berburu dan mengenal tulisan. Society 2.0 adalah era ketika manusia sudah mengenal bercocok tanam. Society 3.0  adalah ketika memasuki era industri, yaitu ketika manusia mulai menggunakan mesin untuk membantu aktivitas sehari-hari.

Society 4.0 adalah era ketika manusia mengenal komputer hingga Internet. Society 5.0 adalah era ketika semua teknologi menjadi bagian dari manusia itu sendiri. Internet bukan hanya digunakan untuk sekadar berbagi informasi, melainkan untuk menjalani kehidupan.

Dalam society 5.0 komponen utamanya adalah manusia yang mampu menciptakan nilai baru melalui perkembangan teknologi yang dapat meminimalisasi kesenjangan pada manusia dan masalah ekonomi pada kemudian hari. Rasanya sulit dilakukan di negara berkembang seperti Indonesia, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan.

Jepang sudah membuktikan menjadi negara dengan teknologi yang paling maju. Adanya asymmetric information mengakibatkan bargaining position petani menjadi lemah. Oleh karena itu, perlu penyediaan sistem informasi bagi petani, misalnya harga bahan input seperti harga pupuk, benih, obat hama, dan informasi pendukung, seperti cuaca dan cara bercocok tanam/distribusi serta harga jual produk.

Masalah terkait pemberdayaan kelembagaan pertanian, masalah komunikasi, dan teknologi informasi menjadi faktor pendukung dalam penyebaran informasi di segenap lapisan masyarakat, khususnya petani. Sarana produksi pertanian yang kita kenal selama ini adalah lahan, modal, tenaga kerja, dan teknologi.



Satu sarana produksi yang sering dilupakan adalah informasi. Informasi sangat menentukan keberhasilan usaha petani, misalnya apakah usahanya akan berhasil atau tidak, menguntungkan atau tidak.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 17 September 2022. Penulis adalah alumnus Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, kini menjadi fungsionalis analis pasar hasil pertanian Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya