SOLOPOS.COM - Petani memangkas tanaman padi saat panen di Kelurahan Plumbungan, Karangmalang, Sragen, Senin (15/1/2018). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Petani dan KTNA Sragen menolak impor beras.

Solopos.com, SRAGEN — Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Sragen menolak rencana kebijakan impor beras oleh pemerintah. Kebijakan tersebut dinilai merugikan petani karena menyebabkan harga panen padi petani anjlok.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kebijakan impor beras juga dianggap sebagai kebijakan tak propetani. Penjelasan itu disampaikan Ketua KTNA Kabupaten Sragen Suratno saat ditemui , Senin (15/1/2018) siang.

Suratno segera menggelar rapat petani untuk menyikapi kebijakan impor beras itu. Dia segera melayangkan surat kepada Bupati Sragen yang berisi desakan supaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen menolak kebijakan impor beras.

“Impor beras pernah terjadi pada 2013, 2015, dan 2016. Kebijakan itu terulang lagi pada awal 2018. Pemerintah itu maunya apa? Kebijakan impor beras tidak berpihak kepada nasib petani. Ketika ada impor beras maka harga gabah di tingkat petani menjadi anjlok. Panen perdana pada musim panen I ini harga bisa sampai Rp12 juta per patok. Setelah ada beras impor nanti harga bisa anjlok menjadi Rp8 juta per patok atau justru di bawahnya,” ujar Suratno.

Suratno menyatakan KTNA menolak kebijakan impor beras. Dia mengatakan kalau Pemkab Sragen ingin membela nasib petani dan mendukung Sragen sebagai lumbung padi kedua di Jateng maka Pemkab Sragen harus menolak kebijakan impor beras.

Siman Sastrowiyono, 50, warga Bangunrejo RT 024/RW 007, Kelurahan Plumbungan, Karangmalang, Sragen, saat berbincang dengan solopos.com di jalan usaha tani Plumbungan, Senin siang, menyatakan menolak kebijakan impor beras karena merugikan petani.

“Meskipun beras impor dijual murah pun, saya yakin tak ada yang beli. Kendati demikian masuknya beras impor berpengaruh pada anjloknya harga gabah petani. Harga gabah hasil panen bisa anjlok. Sekarang saja harga tebasan padi sudah berangsur-angsur turun. Kebijakan impor beras itu menjadi bahan diskusi para petani saat kumpul di warung,” ujar Siman.

Penolakan serupa juga disampaikan Miran, 55, warga Ngarum, Ngrampal, Sragen. “Kalau beras impor masuk Sragen maka petani mau makan apa. Hasil panen petani menjadi tidak laku karena harga anjlok. Padahal harga pupuk, obat-obatan, sampai upah tenaga selalu naik,” katanya yang diamini Muh. Khudori, 36, warga Singopadu, Sidoharjo, Sragen, yang ditemui secara terpisah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya