SOLOPOS.COM - Petani tembakau saat memanen di ladangnya area Desa Sukabumi, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Selasa (20/9/2022). (Solopos/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALI – Harga tembakau kering di Boyolali pada 2022 dikeluhkan petani karena merosot dibanding harga setahun yang lalu.

Penjualan tembakau kering di tingkat lokal Boyolali dihargai Rp45.000 – Rp50.000 per kilogram pada 2022 sedangkan pada 2021 sempat menyentuh Rp65.000 per kilogram.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu petani tembakau di Desa Sukabumi, Kecamatan Cepogo, Jumali, 40, mengatakan harga tembakau di tempat mitra juga mengalami penurunan.

“Harga tembakau saat ini rugi, untuk kemitraan tertinggi Rp60.000 per kilogram, dulu bisa Rp70.000 per kilogram. Kalau lokalan Rp45.000 – Rp50.000 per kilogram untuk kualitas super, tahun kemarin bisa Rp60.000 – Rp65.000 per kilogram,” kata dia saat dijumpai wartawan di ladangnya, Selasa (20/9/2022).

Jumali menyebutkan biaya produksi, perawatan, dan operasional untuk menanam tembakau berkisar Rp15 juta per hektare. Akan tetapi, ia masih baru mendapatkan separuh uang modal dari hasil penjualan tembakau.

Baca juga: Tarif Cukai Naik, Berikut Harga Rokok Termurah di Indonesia

“Ini sudah dipanen tiga kali dan belum menutup. Terpaksa rugi tapi tetap dijual,” jelasnya.

Jumali mengungkapkan dirinya berhutang untuk mendapatkan modal menanam tembakau. Saat disinggung bagaimana caranya membayar utang, Jumali menjawab akan mengambil dari uang sayur lain.

Senada dengan Jumali, petani lain asal Desa Suroteleng, Kecamatan Selo, Yono, 43, menyebutkan harga tembakau kering di tempatnya juga mengalami penurunan.

“Tahun ini harganya standar tapi turun dibanding satu tahun yang lalu. Tembakau kering untuk dijual lokalan Rp50.000 per kilogram, dulu Rp60.000 per kilogram,” jelasnya.

Kemudian, harga tembakau untuk mitra juga menurun dari Rp70.000 menjadi Rp60.000 per kilogram.

Baca juga: Kemarau Basah Picu Luas Tanam Tembakau di Klaten Makin Menurun

Yono mengatakan lahan yang ia tanami tembakau sekitar 5.000 pohon tembakau. Ia menyebutkan telah mengeluarkan modal yang cukup banyak. Namun, karena penurunan harga tersebut membuatnya belum bisa meraup keuntungan.

Ia berharap keadaan semakin membaik sehingga petani tembakau bisa sejahtera. Sementara, ia hanya akan menjalani pertanian tembakau dan berharap kenaikan harga tembakau.

“Penyebabnya penurunan harga mungkin karena di gudang belum ada harga yang ditetapkan, jadi tengkulak masih menimbun gitu. Mungkin permainan,” kata Yono berspekulasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya