SOLOPOS.COM - Tim Ekspedisi KRL Solo-Jogja, Chlein Indra Sushmita, berfoto di salah satu spot Studio Alam Gamplong, Kamis (8/4/2021). (Solopos/Adhika Ali)

Solopos.com, JOGJA —Jangan sebut aku perempuan sejati jika hidup hanya berkalang lelaki. Tapi bukan berarti aku tidak butuh lelaki untuk aku cintai,” quotes Nyai Ontosoroh di film Bumi Manusia terngiang di telinga saya sewaktu melihat bangunan rumah Annelies di Studio Alam Gamplong, Kabupaten Sleman, DIY, Kamis (8/4/2021).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Objek wisata baru ini menjadi destinasi pilihan yang kami -tim Ekspedisi KRL Solo-Jogja, Chelin Indra Sushmita dan Adhika Ali Pratikna- kunjungi selanjutnya setelah kenyang menyantap kuliner di Pasar Lempuyangan.

Studio Alam Gamplong di Dukuh Gamplong, Kelurahan Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, DIY sering disebut mini Hollywood ala Indonesia. Tempat ini menjadi pilihan wisata yang kami rekomendasikan saat berwisata ke Jogja.

Baca juga: Motor Canggih Ini Pakai Mesin Hybrid Elektrik-Hidrogen

Akses menuju Studio Alam Gamplong dari Stasiun Lempuyangan maupun Stasiun Yogyakarta cukup mudah. Ada banyak moda transportasi yang bisa dimanfaatkan. Jika hendak naik angkutan umum, kalian bisa menumpang Bus Transjogja dan menuju ke Terminal Giwangan. Dari sana lanjutkan perjalanan menaiki bus jurusan Wates dan turun di pertigaan lampu merah Klangon.

Selanjutnya kalian bisa mengandalkan ojek online untuk mengantar ke Studio Alam Gamplong Jogja. Sebenarnya jarak antara jalan raya dengan Studio Alam Gamplong tidak terlalu jauh sih, sekitar satu kilometer saja.

Di sepanjang jalan kami disuguhi pemandangan alam berupa areal persawahan yang terhampar luas dengan tanaman padi yang sudah menguning, tanda siap dipanen.

Baca juga: Ekspedisi KRL Solo-Jogja: Drama Es Teh Kampul di Soto Lenthok Pasar Lempuyangan Jogja

Pemandangan Studio Alam Gamplong pada hari pertama Ekspedisi KRL Solo-Jogja, Kamis (8/4/2021). (Solopos/Adhika Ali).

Luas Studio Gamplong

Saat menyambangi tempat ini Kamis siang, kami bisa saja berjalan kaki dari jalan raya Wates ke Studio Alam Gamplong. Tapi, karena matahari siang ini sangat terik dan cuacanya panas, kami pun memilih naik ojek online.

Lumayanlah untuk kaum mageran biar enggak terlalu pegal nantinya. Sebab, Studio Alam Gamplong yang luasnya sekitar 2,5 hektare ini tentu akan membuat kaki terasa cenat-cenut setelah berkeliling.

Sesampainya di Studio Alam Gamplong kami disambut petugas yang ramah. Dia meminta kami mencuci tangan terlebih dahulu sebelum mengecek suhu tubuh sebagai syarat masuk kawasan wisata.

Baca juga: Terjerat Utang, Pegawai KPK Gelapkan Barang Bukti Emas Nyaris 2 Kg

Dari kejauhan kami melihat beberapa bangunan yang biasa terlihat di sejumlah film layar lebar, khususnya yang disutradarai Hanung Bramantyo. Studio ini awalnya dibangun pada 2017 untuk keperluan shooting film Sultan Agung: The Untold Story garapan Hanung Bramantyo.

Berbagai macam bangunan semi permanen didirikan di tempat ini. Mulai dari Gerbang Kraton Kerajaan Mataram Islam, Pendopo, Benteng Batavia, Surabaya tempo dulu, Kawasan Kampung Mataram, hingga Kampung Pecinan masa lampau.

Aneka bangunan dan properti unik sekaligus antik menjadi daya tarik bagi kami dan pengunjung lainnya. Terik matahari tak menyurutkan semangat kami untuk segera mengelilingi lokasi shooting film yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan.

Baca juga: Ekspedisi KRL Solo-Jogja Dimulai Hari Ini, Yuk Ikuti Keseruannya…

Tim Ekspedisi KRL Solo-Jogja, Chelin Indra Sushmita, berfoto di salah satu spot Studio Alam Gamplong, Kamis (8/4/2021). (Solopos/Adhika Ali)

Instagramable

Dari kejauhan sepasang gapura khas kerajaan zaman dulu yang biasa tampil di sinetron maupun film laga Indonesia berdiri tegak. Di belakangnya ada bangunan stasiun Soerabaja tempo dulu.

Hampir setiap sudut di Studio Alam Gamplong dipadati wisatawan yang ingin berburu foto Instagramable. Bagi yang membawa kamera selain HP wajib meminta izin kepada pengelola untuk mengambil foto maupun video.

Ini merupakan salah satu peraturan yang wajib ditaati semua pengunjung, termasuk kami, tim Ekspedisi KRL Solo Jogja dari Solopos Group. Kami sempat tertahan untuk masuk karena mengurus perizinan tersebut.

Baca juga: Menikah Tanpa Pelaminan, Pasangan Pengantin Ini Bikin Baper

Beruntung pihak pengelola dengan cekatan membantu menyelesaikan masalah perizinan tersebut dengan cepat sehingga kami bisa masuk dan mengeksplor keindahan Studio Alam Gamplong.

Perjalanan di Studio Alam Gamplong kami awali dengan mendatangi Stasiun Soerabaja. Dari sana kami diantar memasuki kota lama dengan menumpang kereta kayu yang memanfaatkan lokomotif lawas.

Seperti namanya, kota lama berisi sederet bangunan jadul yang salah satunya disebut sebagai Rumah Ainun, tempat shooting film Habibie Ainun. Ada juga kafe yang menjadi lokasi shooting film Bumi Manusia lengkap dengan segala ornamen jadul. Semua spot di sana sangat Instagramable, hanya butuh sedikit keahlian dan kepercayaan diri untuk berpose di depan banyak orang.

Baca juga: 10 Berita Terpopuler: Jam Tangan Mewah Selvi Ananda hingga Legenda Arseto di Persis Solo

Suasana Studio Gamplong Jogja, Kamis (8/4/2021). (Solopos/Adhika Ali)

Petak Umpet

Saat sedang asyik berpose dan mengobrol dengan pengunjung lainnya, rekan saya Dhika mendadak hilang dari pandangan. Lama saya menanti, tetapi sosoknya yang tadi berkeliling dengan kaus putih dan topi coklat tak kunjung muncul.

Saya pun kemudian berkeliling mengitari kota lama mencari Dhika. Ah penat saya mencari, ternyata dia sedang mengoperasikan drone di dekat tanah lapang depan studio. Saya pun kembali berkeliling sampai masuk ke area perkampungan yang sengaja dibuat kumuh.

Bangunan di perkampungan kumuh itu sengaja dibuat dari seng bekas dan kayu yang terlihat lapuk. Di bawahnya ada kolam ikan dengan warna air kuning kehijauan. Meski terkesan kumuh, sebenarnya perkampungan itu bersih, tidak seperti perkampungan kumuh yang asli.

Baca juga: Bolehkah Mencium Istri Saat Puasa Ramadan?

Puas berkeliling kampung kumuh, saya pun kembali ke lapangan tempat Dhika bermain drone tadi. Tapi, loh kok dia menghilang lagi. Padahal kami tidak sedang main petak umpet. “Alamak, ke mana lagi bujang satu ini. Penat saya dibuatnya,” gerutu saya dalam hati.

Saya pun kembali berjalan mengelilingi kota lama dan akhirnya menemukan dia di dekat Kedai Domino, salah satu kafetaria di area Studio Gamplong. Dia pun terlihat celingukan, mungkin sedang bingung mencari saya.

Saat dia berbalik, saya pun melambaikan tangan. “Yuk, lanjut,” kata saya yang dijawab dengan anggukan. Syukurlah, saya lega acara petak umpet tak sengaja ini tak berlangsung lama. Kami akhirnya maklum, di lahan seluas 2,5 hektare dengan bertabur bangunan unik tempo dulu, wajar saja jika kami sempat tersesat.

Baca juga: Hoaks Covid-19 Jadi Ancaman Global, Saring Dulu Sebelum Sebar!



Kami lantas menjelajahi rumah ikonik Annelies dan Nyai Ontosoroh di film Bumi Manusia. Entah kebetulan atau tidak, petugas yang berjaga di tempat ini adalah dua orang wanita muda. Mereka dengan sigap menyambut bahkan membantu pengunjung berfoto menjelajahi setiap sudut rumah tersebut.

Ada rasa yang bergetar saat saya membuang pandangan dari lantai dua rumah Annelies yang menghadap ke halaman dengan jalan masuk yang begitu rindang. Rumah ini memang dibangun di area yang teduh sehingga terasa sangat sejuk. Tidak seperti di kota lama yang gersang dan panas.

Pemandangan di Studio Alam Gamplong ini tidak akan membuat kalian bosan. Ada banyak spot yang bisa dimanfaatkan untuk berburu foto dan dipajang di Instagram.

Baca juga: Suku Samin, Masyarakat Pedalaman Adat Blora Pemegang Teguh Tradisi

Salah satu bangunan di Studio Gamplong Jogja, Kamis (8/4/2021). (Solopos/Adhika Ali)

Tanpa Tiket Masuk

Studio Alam Gamplong tidak mematok tiket masuk. Tetapi, pengunjung diminta mengisi kotak seperti kotak amal dengan uang sepantasnya sebagai biaya sumbangan pemeliharaan wahana.

“Kami memang tidak mematok tiket masuk sejak awal dibuka untuk umum pada 2018 sampai sekarang. Pengunjung bisa mengisi kotak dengan uang sepantasnya,” kata PR dan Manajemen Gamplong Studio, Indah Astriyana, kepada tim Ekspedisi KRL Solo Jogja.

Tiket masuk memang tak ada, namun pengunjung tetap wajib membeli tiket wahana sesuai keinginan mulai harga Rp10.000 per orang untuk satu wahana. Apabila menghendaki tiket untuk semua wahana, kalian cukup membayar Rp30.000 dan bebas berfoto sepuasnya.

Baca juga: Mulai Kuliah Tatap Muka, Begini Penerapan Prokes di UNS Solo

Objek wisata baru yang satu ini buka pada Selasa-Minggu mulai pukul 08.00-17.00 WIB. Biasanya pada hari Minggu pagi akan ada pasar kuliner di sekitar Gamplong Studio atau yang biasa disebut Pasar Kuliner Belik Sonto.



Menurut keterangan warga setempat, ada aneka jajanan tradisional yang dijajakan di pasar ini. Sayang sekali kami tidak datang di hari Minggu. Mungkin pada ekspedisi selanjutnya kami akan mampir ke sini mencicipi kuliner khas dari Gamplong. Hmmm nyummy…

Sekian dulu perjalanan wisata hari ini. Oh iya, kalian perlu tahu bahwa semua objek wisata di Jateng DIY berada di wilayah koordinatif Badan Otorita Borobudur (BOB). Jangan lupa juga, wisata seru kami siang ini merupakan bagian Ekspedisi KRL Solo-Jogja yang digelar Solopos bareng PT KAI Commuter, BOB, dan Perum Perumnas.

 





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya