SOLOPOS.COM - Perdana Menteri Malaysia Najib Razak (tengah) memberikan pernyataan tentang ditemukannya lokasi jatuhnya pesawat terbang Malaysia Airlines MH370, di Putra World Trade Center, Kuala Lumpur, Senin (24/3/2014). (JIBI/Solopos/Antara/Edgar Su)

Solopos.com, JAKARTA — Klaim pemerintah Malaysia bahwa pesawat Malaysia Airlines MH370 jatuh di selatan Samudera Hindia diiringi keyakinan bahwa tragedi itu murni kecelakaan dan bukan pembajakan. Namun para ahli penerbangan dan pakar intelijen menganggap kesimpulan tersebut sangat ganjil.

Seperti diberitakan sebelumnya, PM Malaysia, Najib Razak, menyatakan pesawat itu jatuh di lokasi terpencil di selatan Samudera Hindia dan 239 orang didalamnya dinyatakan meninggal dunia. Kepastian lokasi jatuhnya pesawat itu diperoleh dari analisis data satelit Inmarsat yang menunjukkan ada tanda berakhirnya penerbangan di lokasi itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Meskipun analisis itu baru memperkirakan lokasi jatuhnya pesawat, kesimpulan itu bisa menjadi dasar menguatnya spekulasi adanya unsur kesengajaan dalam hilangnya pesawat itu.  Robert Goyer, seorang pilot pesawat komersial yang juga editor majalah Flying, menganalisis sulit untuk meyakini kecelakaan ini disebabkan oleh kerusakan teknis.

Dalam tulisannya yang diterbitkan CNN, Selasa (25/3/2014), memulai analisisnya dari ketinggian jalur MH370. Menurutnya, daya jelajah pesawat jet seperti Boeing 777-200ER sangat tergantung pada ketinggian terbangnya. Normalnya, pesawat itu terbang di ketinggian 35.000-40.000 kaki dan mampu terbang hingga sejauh 11.000 mil. “Tapi itu sangat jarang terjadi,” tulisnya.

Di ketinggian yang lebih rendah, mesin turbofan di Boeing 777-200ER lebih banyak menghabiskan bahan bakar daripada terbang di ketinggian normal. Menurut Robert Goyer, peningkatan konsumsi bahan bakar ini akan mengurangi daya jelajah sehingga tidak mungkin MH370 bisa mencapai Samudera Hindia dengan terbang rendah di bawah normal.

“Pilot bisa mengurangi tenaga untuk mengurangi aliran bahan bakar, tapi itu juga mengurangi kecepatan dan ujung-ujungnya mengurangi jarak tempuh,” tulis Goyer. “Jika Anda ingin terbang jauh, Anda harus terbang tinggi.”

Untuk mencapai kawasan yang berjarak 1.500 mil di barat daya Perth, Australia, itu, MH370 seharusnya tidak banyak bermanuver naik-turun setelah keluar dari rute resminya. “Jadi jika kesulitan untuk mengendalikan penerbangan itu, apakah karena masalah mekanis atau pembajakan, seharusnya pesawat itu tidak bisa terbang lebih lama.”

Sementara itu, pengamat intelijen, Prayitno Ramelan, masih meyakini kemungkinan adanya sabotase atau pembajakan dalam kasus hilangnya pesawat MH370. Dalam sebuah wawancara di Metro TV, Selasa malam, Prayitno mengungkapkan pasti ada sesuatu yang membuat pesawat itu tiba-tiba mengubah ketinggiannnya.
“Sang pilot ini sepertinya tahu jalur mana yang harus dilewati. Dia tahu bahwa Indonesia sangat ketat dalam melakukan intercept, sehingga dia tidak lewat wilayah Indonesia,” katanya.

Prayitno juga mengingatkan pemerintah Malaysia seharusnya menelusuri keanehan-keanehan di seputar penerbangan itu, termasuk dua penumpang yang memakai paspor curian. Apalagi, pilot MH370 diketahui memiliki simulator sendiri di rumahnya. “Itu kan dari Microsoft dan simulator itu bisa mensimulasikan kondisi-kondisi ekstrem. Nah, ada kemungkinan dia juga melatih orang lain untuk melakukan hal ini. Ini yang dikhawatirkan banyak negara.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya