SOLOPOS.COM - Perajin peti mati di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban tengah menyelesaikan pesanan pada Selasa (6/7/2021). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, SUKOHARJO — Perajin dan penjual peti mati di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah mulai kewalahan memenuhi lonjakan pesanan sejak sepekan terakhir. Mereka bahkan terpaksa menolak permintaan pesanan yang didominasi berasal dari rumah sakit rujukan Covid-19.

Perajin dan penjual Peti Mati Rizki di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Suryanto mengatakan lonjakan permintaan peti mati terjadi sejak tujuh hari terakhir. Permintaan ini melonjak lima kali lipat dari biasanya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Dalam sehari sekarang bisa kirim 50 peti mati. Padahal sebelumnya hanya 10 peti mati. Sekarang bukan peti mati menunggu yang meninggal tapi yang meninggal menunggu peti mati,” kata dia ketika dijumpai Solopos.com pada Selasa (6/7/2021).

Baca juga: Curhat PKL Sragen Baru 3 Jam Buka Lapak Diminta Kukut Satpol PP

Menurutnya, tingginya jumlah pasien yang harus dikubur dengan protokol Covid-19 membuat permintaan peti mati di Sukoharjo melonjak tajam. Bahkan banyak kasus pasien meninggal dengan protokol Covid-19 menunggu pengiriman peti mati sehingga pemusalaran jenazah tertunda.

Para perajin saat ini benar-benar kewalahan dengan tingginya kasus meninggal karena covid-19. “Kami terpaksa sering menolak permintaan pesanan karena sudah tidak sanggup lagi,” katanya.

Saat ini pemesan peti mati datang dari seluruh wilayah Soloraya, bahkan daerah lain sepeerti Salatiga, Semarang hingga Jakarta. Permintaan pesanan peti mati ini mayoritas datang dari rumah sakit rujukan Covid-19.

Kenaikan permintaan peti mati di Sukoharjo memicu kelangkaan bahan baku kayu yang digunakan untuk membuat peti. Pasokan mulai tersendat dan harganya juga ikut naik.

Baca juga: Inilah 7 Pantai Eksotis di Kabupaten Jepara

Selain itu, kain mori pembungkus peti mati juga mulai langka. Stok toko penyedia kain mori kosong saking tingginya permintaan.

“Sekarang perajin membuat peti dengan model semok, sederhana, dan polos tanpa motif wiru. Kita lakukan untuk memangkas waktu pengerjaan dan menghemat kain pembungkus peti,” tuturnya.

Ditanya apakah dirinya tak berusaha menambah produksi dengan menaikkan jumlah tenaga kerja, dia mengaku kesulitan mencari tenaga kerja baru. Para perajin peti saat ini banyak dipekerjakan oleh pelaku usaha lainnya.

Baca juga: Pamit Gembala Kambing, Kakek Wiryo Ditemukan Tenggelam Di Kali Anyar Colo Timur Sukoharjo

Kenaikan permintaan peti mati di Sukoharjo juga mengakibatkan kenaikan harga jual. Dari biasanya Rp550.000 kini menjadi Rp650.000 hingga Rp1 jutaan.

Sebagaimana diketahui merujuk update data kasus Covid-19 di Kabupaten Sukoharjo dalam dua hari terakhir ada kenaikan kasus positif 100 kasus. Sehingga, akumulasi kasus positif corona di Sukoharjo menjadi 7.976 kasus dari sebelumnya 7.876 kasus. Di mana kasus positif aktif masih 742 kasus. Terdiri dari 594 orang isolasi mandiri dan 148 orang rawat inap di rumah sakit.

Di sisi lain, kasus positif sembuh naik 58 sehingga totalnya menjadi 6.711 orang dari sebelumnya 6.653 orang dan positif meninggal naik tujuh dari 516 menjadi 523 orang. Sedangkan untuk suspek corona naik menjadi 1.005 orang yang terdiri dari 15 isolasi mandiri, 185 rawat inap, 778 selesai pemantauan, 27 meninggal, dan 770 swap negatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya