SOLOPOS.COM - Ilustrasi ekosistem keuangan (freepik.com)

Solopos.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan positif sebesar 3,51 persen (yoy/year on year) pada triwulan III-2021.

Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (5/11/2021), pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan kuartal II-2021 yang tumbuh sebesar 7,07 persen sehingga secara secara quarter to quarter (q-to-q) tumbuhnya 1,55 persen.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Kalau dibandingkan dengan triwulan II-2021 tumbuh 1,55 persen dan bila dibandingkan triwulan III-2020 tumbuh 3,51 persen serta secara kumulatif tumbuh 3,24 persen,” jelasnya. Margo menjelaskan hal ini dilatarbelakangi oleh pemberlakuan kebijakan PPKM oleh pemerintah terlebih lagi dengan level 4 selama Juli sampai Agustus sehingga berdampak pada terbatasnya mobilitas masyarakat.

Baca juga: Ekonomi Jateng Tumbuh 2,56 Persen, Ini Faktor Pendorongnya

Mobilitas penduduk kembali mengalami perbaikan pada September seiring dengan semakin masifnya masyarakat menerima vaksin dan kepatuhan terhadap protokol kesehatan sehingga menambah kepercayaan untuk beraktivitas.

“Tapi secara keseluruhan mobilitas penduduk lebih rendah dibandingkan triwulan II-2021 ataupun 2020,” katanya dilansir Antara. Margo menuturkan perlambatan ekonomi pada triwulan III-2021 turut dialami oleh beberapa negara mitra dagang Indonesia seperti China tumbuh 4,9 persen, Amerika Serikat 4,9 persen, Singapura 6,5 persen, Korea Selatan 4 persen, Hong Kong 5,4 persen, dan Uni Eropa 3,9 persen.

Untuk Vietnam, lanjut dia, terkontraksi 6,2 persen karena selama Juli sampai Agustus pemerintah Vietnam melakukan pengetatan mobilitas sehingga menyebabkan kontraksi ekonomi.

Baca juga: Minyak Goreng hingga Sabun Diprediksi Sumbang Inflasi Awal November

Terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2021 yang mencapai 3,51%, Kepala Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribuu mengatakan pencapaian pertumbuhan tersebut merupakan hal positif mengingat terjadi eskalasi kasus Varian Delta Covid-19 dan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level IV di awal Juli 2021.

“Ini menunjukkan momentum pemulihan tetap terjaga dan akan semakin kuat pascapenurunan kasus Varian Delta di pertengahan Agustus hingga akhir September 2021,” ungkap dia di Jakarta, Jumat, dilansir Okezone.

Ditopang Komponen Pengeluaran

Momentum yang relatif terjaga ini tercermin pada pertumbuhan antartriwulan (qtq) yang tercatat positif sebesar 1,55%. Pertumbuhan ini ditopang positif oleh semua komponen pengeluaran, khususnya ekspor yang tumbuh 29,16%. Sementara itu, dari sisi lapangan usaha seperti industri pengolahan, pertanian, perdagangan dan konstruksi juga mencatatkan pertumbuhan positif.

Baca juga: Jelang WSBK Mandalika, Sandiaga Bagi 3 Tips Sukses untuk Pelaku Ekraf

Selain itu, tren pemulihan ekonomi ini juga diikuti dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun dari sebelumnya 7,07% pada Agustus 2020 menjadi 6,49% pada Agustus 2021. Pemulihan ekonomi juga mampu membuka lapangan kerja baru sebesar 2,6 juta lapangan kerja dalam masa pemulihan.

Kinerja perekonomian sangat dipengaruhi oleh langkah pengendalian pandemi. Pada awal kuartal III, kasus Varian Delta menyebabkan Pemerintah harus menarik rem darurat dengan penerapan PPKM Level IV di berbagai wilayah demi menjaga keselamatan masyarakat. ” Kebijakan tersebut berdampak cukup signifikan pada mobilitas masyarakat yang turun hingga rata-rata 17,6% di bawah level pra-pandemi,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya