SOLOPOS.COM - Ilustrasi belanja online (analisadaily.com)

Pertumbuhan ekonomi tahun ini ditopang ekonomi digital

Harianjogja.com, SLEMAN — Kondisi ekonomi Indonesia pada tahun ini diprediksi akan lebih baik dibandingkan 2016.  Salah satu peluang untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi adalah memanfaatkan teknologi informasi melalui ekonomi digital yang sedang marak di kalangan masyarakat saat ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ekonom Unika Atma Jaya A. Prasetyantoko mengatakan, menurut proyeksi Bank Dunia, ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,3% pada 2017 dan 5,5% pada 2018. Namun melihat konsensus yang ada menurutnya pertumbuhan yang terjadi tidak terlalu jauh dari 2016 yang hanya 5,02%. Ia memprediksi pertumbuhan ekonomi 2017 di level 5,2% dan tahun  berikutnya 5,3%. “Tapi secara umum ekonominya akan membaik,” katanya dalam diskusi Entrepreneur Networking Forum bertema Prospek Ekonomi 2017: Potensi dan Optimisme di Hotel Sheraton Mustika, Jumat (31/3/2017).

Ekspedisi Mudik 2024

Menurutnya, pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh konsumsi domestik dan ekspor yang mulai membaik. Namun pihaknya mewaspadai berbagai ancaman eksternal, seperti kebijakan ekonomi Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump yang salah satunya berencana menurunkan pajak dari 35% menjadi 15%. Kebijakan ini akan berimbas pada nilai tukar.

Di tengah ketidakpastian ekonomi tersebut, pihaknya mendorong masyarakat Indonesia mampu membaca peluang. Saat ini, revolusi digital sedang gencar berkembang di beberapa negara, tak terkecuali Indonesia. Hal tersebut terlihat dari e-commerce yang bermunculan. Jogja sendiri yang banyak dihuni kaum muda yang melek teknologi, menjadi kesempatan besar untuk mengembangkan teknologi digital sebagai media bisnis. Anak muda Jogja menurutnya bisa menjadi energi dalam menggerakkan ekonomi daerah.

Ia mengakui, perekonomian Jogja tergantung pada pariwisata dan juga industri kreatif. Dua sektor ini ikut terimbas dari kemajuan teknologi. Namun ia membandingkan perkembangan digitalisasi di Jogja dan secara umum Indonesia masih cukup jauh dibandingkan negara maju. “Indonesia masih dalam fase kelahiran. Ini saatnya kita harus mengadopsi dari negara maju,”tuturnya.

Ia berpendapat, saat Indonesia bisa produktif di bidang IT, risiko suku bunga dan nilai tukar yang terganggu karena dampak ekonomi global, tidak akan separah negara lain.

Pada satu sisi, dampak IT menjadi peluang dalam pengembangan bisnis tetapi Jogja masih dihadapkan dengan permasalahan angka gini ratio yang masih tinggi. Prasetyantoko menduga, hal ini disebabkan akses terhadap kesejahteraan masih relatif konvensional. Seperti akses kepemilikan tanah, di mana hanya kaum elit tertentu saja yang bisa menguasai tanah dalam jumlah besar.

Salah satu cara pemecahan masalah ketimpangan ini menurutnya adalah memberdayakan kelompok tertinggal, seperti perbaikan akses ke dunia usaha dan pendanaan supaya ada usaha baru yang muncul untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tertinggal.

Business Strategy and Alignment Head Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Mitra Bisnis Michael Jermia Tjahjamulia mengatakan, sebagai bank yang memiliki visi mengubah hidup jutaan rakyat Indonesia, BTPN berkomitmen menjadi mitra dalam perkembangan bisnis nasabah serta menangkap peluang ekonomi yang ada.  “Selain fokus pada pendanaan, BTPN juga fokus pada  pemasaran dan pengembangan kapasitas nasabah,” tuturnya.

Dengan layanan yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan nasabah, ia berharap produk BTPN seperti BTPN Mitra Bisnis menjadi mitra UMKM dalam pengembangan usaha.

Entrepenur Networking Forum  yang dimoderatori oleh Pemimpin Redaksi Harian Bisnis Indonesia Hery Trianto ini terselenggara atas kerjasama BTPN dengan Bisnis Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya