SOLOPOS.COM - Pembangunan jembatan penghubung antarbukit di jalur jalan tol Semarang-Solo ruas Bawen-Salatiga, wilayah Tuntang, Kabupaten Semarang, Jateng, Selasa (18/10/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Aditya Pradana Putra)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2016 melampaui 5%, namun belanja pemerintah merosot karena pemangkasan anggaran.

Solopos.com, JAKARTA — Jelang akhir tahun, belanja pemerintah diharapkan dapat mendongkrak perekonomian dalam jangka pendek guna mencapai pertumbuhan ekonomi di kisaran 5%. Selain itu, konsumsi rumah tangga yang menjadi penopang utama pertumbuhan juga harus dijaga di level 5%.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2016 tercatat 5,02% (year-on-year) atau lebih rendah dari kuartal II/2016 yang tercatat 5,19% (yoy). Namun, pada periode yang tahun lalu, Produk Domestik Bruto (PDB) hanya tumbuh 4,74%.

Kepala BPS Suhariyanto meyakini pertumbuhan keseluruhan tahun ini bisa mencapai 5,04%. Angka itu dinilai masih kuat di tengah kondisi global yang belum stabil dan kenaikan harga komoditas yang belum pulih meskipun harganya mulai merangkak naik. “Mungkin kalau 5,2% sesuai target terlalu berat karena untuk 5,2% berarti kuartal IV butuh 5,36%,” katanya, di Jakarta, Senin (11/7/2016).

Dia meyakini penyerapan anggaran di kuartal IV akan lebih tinggi sehingga mempengaruhi belanja barang dan mendorong penerimaan negara selain dari pajak. Belanja pemerintah akan memberikan efek lanjutan ke aktivitas perekonomian.

Pada kuartal III/2016, konsumsi pemerintah merosot dengan pertumbuhan negatif di -2,97%. Angka ini sejalan dengan hasil survei Bisnis sebelumnya yang memperlihatkan adanya kecenderungan laju PDB akan terganggu akibat sejumlah aksi pemangkasan anggaran belanja pemerintah.

Secara tahunan, struktur pembentuk PDB di kuartal III/2016 masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga sebesar 55,32% atau mengalami pertumbuhan 5,01%. PMTB menjadi kontributor kedua dengan andil 31,98%, sementara ekspor dan impor juga terkontraksi tumbuh negatif masing-masing -6% dan -3,87%.

Direktur Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan pemerintah mesti menjaga pertumbuhan konsumsi rumah tangga hingga akhir tahun di level 5%. Upaya itu bisa dilakukan melalui harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (administered price) di tengah perlambatan ekspor.

Dia meminta semua kebijakan pemerintah untuk menahan semua kebijakan yang berkaitan dengan penyesuaian harga atau tarif yang ditentukan oleh pemerintah. Selain itu, harga kebutuhan pokok perlu dijaga stabil terlebih menjelang Natal dan Tahun Baru.

Data terakhir BPS menunjukkan pada Oktober 2016 bahan makanan mengalami deflasi hingga 0,21% dikarenakan penurunan beberapa harga komoditas, seperti bawang merah, daging ayam ras, telor ayam ras, kacang panjang, dan sebagainya.

“Tekanan harga pangan kan di inflasi Oktober sudah menurun, ini mestinya benar-benar dijaga. Jangan mentang-mentang kebutuhan harga pokok ini menurun, seolah ada momentum [menaikkan administered price). Jangan ganggu dulu konsumsi rumah tangga,” ucapnya.

Menurut dia, amunisi untuk mendorong PDB di sisa tahun sangat kecil terlebih kecenderungan impor bahan baku masih rendah sehingga mencerminkan produksi yang tidak tinggi. Di sisi lain, dia meyakini konsumsi pemerintah akan tumbuh positif di kisaran 3% pada kuartal terakhir tahun ini.

Enny menuturkan kendati tidak memberikan efek yang besar, konsumsi pemerintah akan memberi dampak jika difokuskan pada sektor yang menyerap tenaga kerja banyak. Dengan harga yang terkendali, lapangan kerja tersedia, dan belanja pemerintah yang maksimal, pertumbuhan ekonomi di kuartal terakhir dapat menembus 5%-5,1%.

“Untuk menghabiskan anggaran di sisa 3 bulan, pasti belanja yang sifatnya bukan investasi, tapi belanja dengan dampak jangka pendek. Waktunya sangat terbatas. Minimal bisa mendorong peluang kerja seperti padat karya, itu yang masih bisa jadi stimulus,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya