SOLOPOS.COM - MERIAH -- Para peserta halal bihalal dan pertemuan keluarga Trah Martowirono di Dukuh Glondongan, Desa Mranggen, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, menikmati aneka acara yang digelar dalam suasana bertema reggae itu. (JIBI/SOLOPOS/Triyono)

Perayaan Idul Fitri biasanya dimanfaatkan banyak keluarga besar, marga atau trah untuk menggelar pertemuan besar dalam rangka halal bihalal. Salah satunya dilakukan Trah Martowirono di Dukuh Glondongan RT 01/RW I Desa Mranggen, Polokarto, akhir pekan lalu. Suasana ceria dan akrab terasa di sepanjang kegiatan rutin yang tahun ini mengambil tema reggae tersebut.

MERIAH -- Para peserta halal bihalal dan pertemuan keluarga Trah Martowirono di Dukuh Glondongan, Desa Mranggen, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, menikmati aneka acara yang digelar dalam suasana bertema reggae itu. (JIBI/SOLOPOS/Triyono)

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Mengenakan celana pendek dan aksesori menyerupai rambut gimbal, salah seorang anggota Trah Martowirono, Santosa, 46, larut dalam kemeriahan halal-bihalal itu bersama sekitar 100-an orang anggota trah yang lain. Meski terkesan serius mengikuti kegiatan, sesekali pria yang lebih banyak menghabiskan hari-harinya di Tanjung Tabalong, Kalimantan Selatan, ini turut mendendangkan syair lagu Tak Gendong gubahan Mbah Surip yang bergema di sepanjang pelaksanaan acara.

“Ada banyak hal yang bisa kami ambil dalam kegiatan halal-bihalal ini. Selain silaturahmi, kami juga bisa mendapatkan banyak ide kreatif dan saling menginspirasi dengan sesama anggota Trah Martowirono yang lain,” ungkapnya ketika ditemui Espos di sela-sela acara.

Tak hanya sendiri, Santosa, datang bersama isteri dan dua anaknya. Meskipun berbeda keyakinan, safety manager di sebuah perusahaan kontraktor pertambangan di Kalimantan Selatan yang juga cucu dari taler atau garis keturunan kedua Trah Martowirono ini mengaku selalu merindukan dan menunggu-nunggu datangnya momen halal-bihalal yang digelar secara rutin oleh anggota trahnya.

Anggota Trah Martowirono dari garis keturunan keempat, Mayor Haristanto, dalam kesempatan yang sama menyebutkan pelaksanaan acara yang digelar dengan tema berbeda-beda setiap tahun turut menjadi daya tarik tersendiri untuk segenap anggota keluarga. “Tahun ini kami mengusung tema reggae karena melalui reggae kita diajari memiliki ikatan kekeluargaan yang tinggi dengan tidak membeda-bedakan orang hanya karena perbedaan suku, ras, atau agama,” papar Mayor yang selama ini dikenal sebagai praktisi event organizer serta penggagas berbagai kegiatan unik di bawah bendera Republik Aeng-Aeng di Solo ini.

Pengurus Trah Martowirono, Untung Suripno, menyatakan dengan acara halal-bihalal yang digelar rutin setiap tahun diharapka persatuan anggota keluarga satu trah tetap lestari. “Semangaya adalah cinta, karya, dan karsa. Sehingga antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain dalam satu trah memiliki kepedulian yang tinggi untuk saling menyemangati, saling membantu kesulitan, dan saling memberi dorongan dalam rangka mencapai kehidupan yang baik,” tuturnya.

Triyono

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya