SOLOPOS.COM - Joko Widodo dan Susilo Bambang Yudhoyono (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, BADUNG — Pertemuan antara calon presiden terpilih Pilpres 2014 Joko Widodo alias Jokowi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (27/8/2014), dianggap membuka lembaran baru dalam sejarah politik nasional. Pertemuan itu dinilai mendorong budaya transisi kepemimpinan yang baik dan saling menghargai. Penilaian itu dikemukakan Daniel Sparingga, akademisi Universitas Airlangga yang kini menjabat staf ahli Presiden SBY.

Seperti diketahui seluruh warga negara Indonesia, transisi yang baik semacam itu tidak ada saat mantan Presiden Megawati Soekarnoputri meninggalkan Istana Kepresidenan dan menyerahkan kekuasaan kepada SBY. “Ini pertemuan yang sudah ditunggu, yang pertama-tama tentu oleh presiden terpilih Pak Jokowi setelah adanya penundaan karena adanya proses yang harus dilalui di Mahkamah Konstitusi. Dan yang lebih penting sejak awal telah diingatkan oleh Pak SBY untuk menandai satu tradisi baru di mana setiap presiden yang outgoing atau meninggalkan kantor untuk melakukan komunikasi tentang hal-hal umum dan penyelenggara pemerintahan,” kata Daniel Sparingga kepada wartawan, Rabu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurutnya, Presiden Yudhoyono menginisiasi hal ini dan mendapat sambutan yang baik dari Joko Widodo berangkat dari pengalaman pada 2004. “Pak SBY berkaca dari pengalaman sebelumnya ketika terpilih pada 2004 pengalaman yang sangat pribadi beliau utus seorang staf untuk berhubungan dengan Istana, sayang niat itu tidak bergayung sambut, jadi beliau mulai memimpin tepat sekali ketika beliau dilantik. Harusnya ada persiapan lebih awal andaikata saja ada komunikasi antar pemerintahan yang tinggalkan dan akan datang kejadian itu saya kira begitu signifikan, memberi warna terhadap darimana prakarsa itu dimiliki. Sekurang-kurangnya menawarkan bantuan yang mungkin diperlukan presiden yang akan datang,” katanya.

Daniel mengatakan proses transisi meski pada dasarnya melibatkan sejumlah komponen namun pada awalnya dimulai antarpemimpin. “Setelah itu dapat tingkat yang lebih operasional mungkin bisa dilanjutkan kementerian tapi semua berpulang pada kesepakatan bersama di antara dua presiden itu. Presiden tentunya sudah punya catatan panjang karena beliau sebetulnya juga buat jurnal harian tentang penyelenggaraan pemerintahan beliau di kantor yang dia pimpin. Tapi secara umum presiden bisa sampaikan capaian-capaian penting berikut pekerjaan rumah yang belum selesai. Tapi semuanya kalau ada niatan yang baik,” paparnya.

Beberapa pekerjaan rumah yang belum selesai, menurut Daniel antara lain menurunkan angka kemiskinan sambil mendorong pertumbuhan yang relatif tinggi sehingga kesenjangan tidak melebar. Presiden Yudhoyono dan Presiden terpilih Joko Widodo bertemu Rabu (27/8/2014) malam di kawasan Nusa Dua Bali, di sela-sela kunjungan kerja Presiden Yudhoyono di provinsi itu.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya