SOLOPOS.COM - Pompa Air (ilustrasi/JIBI/dok)

Pertanian Sukoharjo, petani di Sukoharjo mengoptimalkan pompa air menghadapi musim kemarau.

Solopos.com, SUKOHARJO–Kalangan petani di Sukoharjo bakal mengoptimalkan pompa air dan sumur pantek untuk menyedot air sungai. Hal ini dilakukan menghadapi puncak musim kemarau yang diprediksi terjadi antara September-Oktober mendatang.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Biasanya, Dam Colo ditutup untuk kegiatan pemeliharaan rutin selama sebulan penuh mulai 1 Oktober. Artinya, tak ada pasokan air dari Dam Colo ke saluran irigasi pertanian. Padahal, karakter petani di Sukoharjo berbeda dengan daerah lainnya. Mereka tetap menanam padi saat Dam Colo ditutup selama sebulan.

“Ada yang membangun sumur pantek, ada juga yang memanfaatkan pompa air untuk menyedot air sungai yang belum mengering,” kata seorang petani asal Desa Sugihan, Kecamatan Bendosari, Suparto, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (19/7/2017).

Biasanya, sebagian petani telah menyiapkan pompa air sebelum Dam Colo ditutup. Sebagian petani lainnya telah membangun sumur pantek di sekitar lokasi pertanian. Mereka langsung memanfaatkan mesin pompa untuk menyedot air sungai selama musim kemarau.

Dengan adanya pompa air maka pasokan air ke lahan pertanian tetap lancar kendati musim kemarau. “Pasokan air dari sumur pantek atau sungai memang tak sebanyak dari Dam Colo. Daripada sawah tak ditanami alias bera lebih baik tetap menanam padi walaupun pasokan air cukup minim,” papar dia.

Suparto mengungkapkan telah mempersiapkan dua unit mesin pompa air selama musim kemarau. Mesin pompa air itu digunakan anggota kelompok tani secara bergantian untuk mengairi lahan pertanian.

Di sepanjang saluran irigasi Dam Colo Timur terdapat puluhan hektare sawah tadah hujan. Selama musim kemarau, para petani tak berani mengolah sawah lantaran mereka khawatir merugi besar. Sawah tadah hujan sangat bergantung kondisi cuaca. “Sawah tadah hujan memang tak bisa ditanami selama musim kemarau. Saat musim penghujan mereka kembali mengolah sawah,” papar dia.

Hal senada diungkapkan petani lainnya asal Desa Bakalan, Kecamatan Polokarto, Sartiyem. Dia mengungkapkan biaya operasional pompa air ditanggung oleh setiap kelompok tani. Setiap petani menyetor uang kepada kelompok tani yang digunakan untuk membeli bahan bakar minyak (BBM).

Pompa air itu menyedot sumber mata air yang berada di sekitar areal persawahan. Selanjutnya, pasokan air akan dialirkan ke lahan persawahan milik para petani secara bergiliran. Pasokan air dari pompa air menjadi andalan para petani selama musim kemarau. “Jadi pompa air ini milik kelompok tani bukan individu. Biaya operasionalnya ditanggung para anggota kelompok tani secara patungan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya