SOLOPOS.COM - Dam Colo butuh pengerukan sedimentasi terutama di saluran menuju lahan pertanian. (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Pertanian Sukoharjo, penundaan penutupan saluran Colo dilakukan hingga 5 Oktober.

Solopos.com, SUKOHARJO–Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) menunda penutupan Saluran Colo hingga 5 Oktober mendatang. Sebelumnya, Saluran Colo direncanakan ditutup pada 1 Oktober.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Divisi Jasa Tirta dan Sumber Air (ASA) Perum Jasa Tirta I Wilayah Sungai Bengawan Solo, Winarno Susilardi, mengatakan penundaan penutupan Saluran Colo lantaran ribuan hektare sawah masih membutuhkan pasokan air dari Saluran Colo. Ribuan hektare sawah di sepanjang Saluran Colo Timur di wilayah Kabupaten Sragen dan Karanganyar masih membutuhkan pasokan air.

“Dikhawatirkan apabila Saluran Colo ditutup pada 1 Oktober maka ribuan hektare sawah dipastikan gagal panen. Karena itu, penutupan Saluran Colo ditunda hingga 5 Oktober,” ujar dia saat dihubungi Solopos.com, Senin (28/9/2015).

Penundaan penutupan Saluran Colo diputuskan saat rapat pleno yang dihadiri perwakilan BBWSBS, Dinas Pertanian (Dispertan) Sukoharjo dan Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Saluran Colo Timur dan Saluran Colo Barat. Sebenarnya, para petani mengusulkan agar penutupan Saluran Colo ditunda hingga lebih 20 hari.

Akhirnya, penundaan penutupan Saluran Colo disepakati hanya lima hari.

“Penutupan Saluran Colo menjadi agenda rutin untuk pemeliharaan bangunan menghadapi musim penghujan. Kan ada rekanan yang mengerjakan proyek pemeliharaan bangunan saluran jadi tidak bisa ditunda terlalu lama,” papar dia.

Dia telah meminta para petani agar menerapkan pola menanam padi yakni padi-padi-palawija. Semestinya, para petani menanam tanaman palawija seperti jagung dan ketela saat musim penghujan. Pada praktiknya, para petani justru memilih menanam padi yang membutuhkan pasokan air cukup banyak saat musim kemarau.

Kondisi ini bakal berpengaruh saat Saluran Colo ditutup. Lahan pertanian tak akan mendapatkan pasokan air. “Bagaimana lagi, semestinya petani menerapkan pola padi-padi-palawija. Nah, sekarang malah banyak yang menerapkan pola tanam padi-padi-pantun,” terang dia.

Di sisi lain, Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Saluran Colo Timur, Jigong Sarjanto, mengatakan lahan pertanian yang masih membutuhkan pasokan air terbanyak terdapat di Kabupaten Sragen. Selain itu, lahan pertanian di wilayah Kabupaten Karanganyar juga membutuhkan pasokan air.

Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Sukoharjo. Masih banyak lahan pertanian yang ditanami padi saat musim kemarau. Mereka mengandalkan pasokan air dari sumur pantek untuk mengairi sawah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya